Sinopsis Mary Stayed Out All Night - Episode 3 Part II
Ayah Mae-ri menghampiri mereka, "ah, hisss....apa yang terjadi dengan Mae-riku...ha? tanya nya pada Mu Gyul.
"halo" sapa Mu Gyul dengan sopan dengan nafas tersengal-sengal.
"halo apa?" seru ayah Mae-ri, "berikan Mae-ri padaku cepat!" serunya sambil mengambil Mae-ri dari gendongan Mu Gyul.
" ah...ya" seru Mu Gyul mendekatkan tubuhnya ke ayah Mae-ri.
"ah beratnya, kenapa kalian minum terlalu banyak? dan bagaimana bisa kau membiarkannya seperti ini?" damprat ayah Mae-ri kepada Mu Gyul.
Mu Gyul merasa kesal, ia menarik nafas, "aku minta maaf" seru nya sambil membungkuk.
"hei, Mae-ri, bangun" seru ayah Mae-ri mencoba membangunkannya," ini ayah, mari ayah mengendongmu" serunya sambil berusaha menggendong Mae-ri.
"aku akan pergi kalau begitu" seru Mu Gyul meninggalkan ayah Mae-ri
"tunggu, sebentar" seru ayah Mae-ri. Mu Gyul menghentikan langkahnya.
"apa yang kau rencanakan pada putriku?" tanya ayah Mae-ri. Mu Gyul menoleh, "apa?" serunya heran.
"kau merusak putriku yang polos! membuatnya melarikan diri dan menikah tanpa persetujuanku, betapa brengseknya kau melakukan putriku seperti ini...hah?" serunya pada Mu Gyul, "ah...sungguh keterlaluan" serunya seraya ingin pergi namun ia hilang keseimbangan dan hampir jatuh, Mu Gyul mencoba menolongnya, " ohhh...jangan sentuh dia...jangan sentuh dia!" seru ayah Mae-ri pada Mu Gyul, " jangan sentuh dia, ini serius..." tambahnya ketika tangan Mu Gyul mencoba menahan Mae-ri agar tidak jatuh.
" eh?' seru Mu Gyul heran.
"sejauh apa hubungan kalian berdua?" tanya ayah Mae-ri serius.
"apa maksudnya?" tanya Mu Gyul masih heran.
"punya nyali sebagai laki-laki, untuk mengatakan padaku?" seru ayah Mae-ri
Mu Gyul kesal, ia menarik nafas, "kau tidak perlu menghawatirkannya, karena tidak terjadi apa2" seru nya menenangkan ayah Mae-ri.
"benarkah? apa itu benar?" tanya ayah Mae-ri tidak percaya.
"ya" jawab Mu Gyul.
Ayah Mae-ri tampak berfikir, " lalu lihatlah mataku..." seru pada Mu Gyul.
mu Gyul tampak stress, ia pun menghela nafas panjang lalu bersiap mendang mata ayah Mae-ri. Mereka pun saling pandang.
" baiklah, itu benar" seru ayah Mae-ri, "tidak apa-apa kalau begitu. sekarang berikan nomor ponselmu" pintanya pada Mu Gyul.
"nomor ponselku? itu informasi yang bersifat pribadi" seru Mu Gyul.
"eh, pribadi?" tanya ayah Mae-ri heran.
"baiklah kalau begitu, selamat tinggal" seru Mu Gyul sambil berlalu meninggalkan ayah Mae-ri.
"hei, tunggu, berhenti disana nak..."seru nya namun Mu Gyul mengabaikannya, "orang seperti apa yang bertindak seperti itu? menatap dengan mata terbelalak pada saat orang tua berbicara...benar-benar laki-laki nakal. aku tidak bisa membiarkannya, keterlaluan..." omel ayah Mae-ri.
Mu gyul tiba di rumahnya dengan gontai, ia menggaruk-garuk kepalanya lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur lalu bangkit lagi memandangi studio mininya,
Ia pun mendekati studio mini tersebut. ia mulai meng-aransement lagu, namun ide nya mentok. Ia pun melemaskan otot2nya...
Lalu ia teringat percakapannya dengan Mae-ri siang tadi,
"jadi, apa jenis musik yang ingin kau mainkan?" tanya Mae-ri.
"sesuatu yang jujur" seru Mu Gyul.
"sesuatu yang jujur? kalau begitu seperti musik yang menceritakan tentang emosi yang jujur?" Seru Mae-ri.
Mu Gyul tersenyum menbayangkan perkataan Mae-ri tadi. ia pun mulai meng-aransement lagu sampai pagi. Mu berhenti, ia merasa ngantuk dan ketika melihat jendela ternyata sudah pagi.
Di rumah Mae-ri, sang ayah merobek penghitung mundur pada lembaran 100 hari lalu mendekati Mae-ri, "sampai kapan kau akan membuat masalah?' tanya nya.
"aku tidak akan minum lagi. aku janji ayah" seru Mae-ri.
"bagaimana kau bisa pulang dg di gendong seorang pria?" tanya ayah Mae-ri, "aku tidak akan membiarkan orang itu!" serunya membentak.
"tidak, jangan ayah,,, dia tidak melakukan kesalahan, aku sudah merasa malu merepotkannya" seru Mae-ri.
"bagaimana kau bisa berfikir seperti itu? apakah kau dalam akal sehat?" tanya pada Mae-ri sambil memukul pundak Mae-ri.
Mae-ri merasa ingin ingin muntah, "hei,,hei.. mae-ri, apakah kau baik2 saja?" tanya nya khawatir.
"tidak ayah, berhentilah" jawab Mae-ri.
"apa kau baik2 saja" tnya sang ayah.
"aku merasa seperti aku akan mati, ayah." seru Mae-ri
"ah, coba makan ini, walaupun perutmu sakit" serunya sambil menyuapi Mae-ri. "ah, sungguh keterlaluan, aku seorang ayah tunggal dan sekarang harus membuat sup untuk putriku" serunya kesal sambil membanting sendok.
"aku minta maaf ayah" seru Mae-ri sedih.
"kalau begitu berhentilah menemui pria itu sekarang! bagaimana bisa kau bilang akan menikah dengan anak nakal itu?" seru ayah Mae-ri.
Mae-ri kaget, "selamat tinggal tinggalkan kesepakatan 100 hari!" serunya sambil menghempaskan tubuh ke kasur seperti orang mabuk.
"ah,,,tidak, Mae-ri cepatlah bangun" seru ayahnya meraih tangan Mae-ri. "cepatlah kau sudah terlambat ke tempat jung in"
Mae-ri ingin muntah lagi, ia bergegas ingin ke kamar mandi, namu ayahnya menariknya dan mulai menyuapi sup lagi.
Di kantor Jung-In, Ahjuma mantan manager Mu Gyul yang juga manager Le-An, mendatangi Jung-In, ia menawarkan penyanyi untuk menyanyikan OST drama yang akan dimainkan Seo-Joon.
'direktur aku sudah menyiapkan ini untukmu karena drama kita berkaitan dengan kehidupan dari sebuah band indie." serunya pada Jung In seraya menyerahkan daftar nama2 band indie.
"ide bagus, aku ingin berjumpa secara pribadi dengan mereka' seru Jung-In sambil memeriksa daftar nama band indie.
"baiklah, aku akan mengatur waktunya" serunya sambil tertawa bahagia. "ahhh, karena kau direktur musik juga, aku yakin dramanya akan sukses" serunya mencoba ,enarik perhatian Jung-In.
Jung-In menanggapinya dengan senyum dingin, "apakah kau sudah konfirmasi dengan managemant Seo-Joon?" tanyanya.
"ya, Seo-Joon tidak punya manager. Kita akan melakukan pemotretan hari ini" seru ahjuma tadi.
"kemudian akan merilis teaser dan konfirmasi casting pemain" seru Jung In.
"ya direktur, kalau begitu saya akan pergi ke studio dan mempersiapkan segalanya" seru ahjuma lalu bangkit menuju pintu.
”Baiklah” seru Jun In.
Sampai depan pintu ahjuma tadi bertemu Mae-ri yang datang terlambat, ”Maafkan aku terlambat”seru Mae-ri sambil membungkuk memberi hormat pada Jun In.
Ahjuma tadi memandang sinis ke arah Mae-ri, Mae-ri pun menoleh ke arah ahjuma tadi. Melihat Mae-ri memperhatikannya juga ahjuma tadi bergegas pergi.
”apa kau sakit?”tanya Jun In.
”Maaf?”ah ya, ada sesuatu kemarin. Maaf, itu tidak akan terjadi lagi.”jawab Mae-ri.
”Tidak apa-apa. Kau bisa pulang,”seru Jun In sambil bergegas pergi keluar ruangan.
”Maaf,”seru Mae-ri
Jun In pun menghentikan langkahnya dan berkata,”karena kau merasa tidak enak badan, pulang dan istirahatlah.” lalu melanjutkan langkahnya.
”Direktur,”seru Mae-ri. Jun In pun menghentikan langkahnya lagi dan menoleh ke arah Mae-ri.
”Aku tidak memintamu mempekerjakan aku untuk ini.”seru Mae-ri.
”Aku hanya tidak bisa memutuskan pekerjaan seperti apa yang harus kuberikan untukmu,”ucap Jun In beralasan.
”kita tidak akan menikah, jadi tidak ada yang harus disembunyikan. Aku bisa melakukan apapun yang kau minta. Tidak ada pekerjaan paruh waktu yang belum pernah kulakukan dalam hidupku. Beri nama, asisten toko buku, menyebarkan selebaran, keamanan, sekretaris, aku bisa melakukan apa saja. Aku merasa sia-sia saja menjaga sebuah ruangan kosong. Jadi, silahkan memberikan aku pekerjaan yang kau rasa cocok untukku.”jelas Mae-ri. Jun In pun sepertinya memikirkan pekerjaan yang cocok untuk Mae-ri.
Para staf produksi drama pun sibuk mempersiapkan keperluan pemotretan.Mereka menyiapkan keperluan pemotretan mulai dari kacamata, sepatu, air minum, dll. Dan ternyata Mae-ri dipekerjakan sebagai staf produksi yang membantu persiapan drama tapi serambutan hehehe. Mae-ri mempersiapkan seperangkat kostum.
Jun In mengambil sebotol air mineral dan mendekati Seo Joon dan Lee An yang sedang memperhatikan gaya foto mereka berdua.
”Ah, gambar itu terlihat bagus, bukan?”tanya Lee An pada Seo Joon.
”Aku tidak benar-benar menyukainya. Lampu latarnya terlalu gelap.”jawab Seo Joon.
”Kita masih memiliki banyak waktu, jadi lanjutkan pembahasan ini dengan seksama dan ambil gambar sebanyak yang kamu mau.”seru Jun In.
Di rumah Mu Gyul bersama kedua temannya Hyung dan satu temannya lagi yang berambut keriting, Mu Gyul memainkan gitarnya.
”Wow, ini keren! Hei, apakah kau benar-benar mendapatkan ini dalam satu hari?Kang Mu Gyul ini jackpot.”seru Hyung sambil mendengarkan arasemen lagu yang Mu Gyul buat..
”Ada apa dengan Re Oh?kita tidak tahu dimana dia sekarang.”seru teman yang satunya sambil menelepon Re Oh.
”Ah, ada apa dengannya? Dia tidak menjawab?”tanya Hyung.
”Dia akan datang.”jawab Mu Gyul dengan penuh kepercayaan pada Re Oh.
”Kita tidak perlu berlatih sebelum kita naik ke atas panggung. Ini serius, ada apa dengan si brengsek itu?”seru Hyung.
”Mari kita berlatih sendiri. Kakak, kau tahu cara bermain drum.”tanya Mu Gyul.
”Hei, sudah lama sekali sejak aku melakukan itu. Itu tidak akan baik.”jawab Hyung.
”Tubuhmu akan tidak pernah lupa itu. Mari kita mencobanya.”seru Mu Gyul.
Sementara itu di kantor Jun In pemotretan sudah mulai dilakukan. Lee An memegang gitar dan Seo Joon menyenderkan tangannya dibahu Lee An dengan latar dibelakangnya seperangkat alat musik drum dan gitar.
”Oke, sedikit lagi. Sedikit lagi. Ok,”seru potografer sambil mengambil foto mereka berdua dengan beberapa gaya.
Selesai pemotretan Lee An bergaya didepan ahjuma manager dan beberapa staf seolah-olah sedang konser memainkan gitar yang dipakainya tadi. Mereka pun saling tertawa.
Seo Joon sedang dirapikan rambutnya dan mendengarkan musik pakai earphone, Ia melihat photo-photo hpnya yang didalamnya ada foto Mu Gyul dan dirinya saat masih menjadi sepasang kekasih sadang tersenyum berdua.
”Apa pendapatmu tentang baju ini?”tanya salah seorang staf.
”Aku suka”jawab Seo Joon.
”Tatalah rambutku nanti saja”seru Seo Joon pada penata rambut. Lalu Seo Joon melepaskan earphonenya dan melihat ke arah hpnya kembali. Sejenak ia berpikir kemudian memencet nomor telepon Mu Gyul.
”Sudah lama sekali, ada apa?”jawab suara ditelepon yang tak lain adalah Mu Gyul.
”Kang Mu Gyul, apa kau baik-baik saja? Aku bermain drama baru”seru Seo Joon.
”Begitukah?”ucap Mu Gyul.
”Drama ini menceritakan tentang kehidupan band indie. Aku hanya menelepon karena aku teringat padamu.”seru Seo Joon.
”Kemungkinan besar akan ada perang popularitas lagi kalau begitu.”seru Mu Gyul.
”Aku kira begitu.”seru Seo Joon.
”hati-hati...jangan jatuh sakit saat syuting.”pesan Mu Gyul.
”Tentu saja, itu tidak akan terjadi,”seru Seo Joon sambil tersenyum.
”Aku banyak bekerja diluar akhir-akhir ini.”lanjut Seo Joon.
”Begitu?”seru Mu Gyul. Suasana pun jadi canggung. ”hallo.”seru Seo Joon untuk mencairkan suasana.
”Ya, aku mendengarkannya.”ucap Mu Gyul.
”Ya, aku mendengarkannya.”ucap Mu Gyul.
”Apa ini? Rasanya canggung karena aku belum berbicara denganmu untuk waktu yang lama.”seru Seo Joon.
”Ya.”ucap Mu Gyul.
”Meskipun aku hadir pada beberapa pertunjukkanmu.”seru Seo Joon.
”Aku tahu.”seru Mu Gyul sambil melihat ke arah sekelilingnya.
”dengar, sudah hampir waktunya pertunjukkanku dimulai.”lanjut Mu Gyul.
”Ah, oke, Good luck! Aku juga sedang melakukan pemotretan. Baiklah aku akan menelepon lagi nanti. Bye”seru Seo Joon lalu menutup teleponnya dan mendesah pelan.
Jun In mengintruksikan sesuatu pada seorang staf. ”Ya aku mengerti,”seru staf itu lalu melangkah pergi. Tiba-tiba Hp Jun In berbunyi, ia pun mengangkatnya. ”Hallo?”sapa Jun In. Lalu ia menoleh ke arah Mae-ri yang sedang membagikan minuman kepada para staf.
”Permisi, ini untukmu.”seru Mae-ri sambil menyerahkan botol minuman.
”Terima kasih. Aku akan menikmatinya”seru orang itu.
”Ya.”seru Mae-ri.
”Mari kita bertemu minggu depan. Ya.”seru Jun In dengan orang yang meneleponnya lalu melangkah pergi.
Mae-ri tersenyum melihat ke arah Seo Joon dan mendekatinya, ia pun membuka minuman di botol dan menyerahkan pada Seo Joon.
”Permisi, ini silahkan, ini dari mata air pegunungan,”seru Mae-ri sambil menyodorkan botol minuman yang dibukanya.
Seo Joon pun menerimanya dengan tersenyum. ”Aku sedang haus,”seru Seo Joon lalu menenggak minuman dalam botol itu. Mae-ri pun tersenyum.
”Kau baik sekali.”seru Seo Joon.
”Karena aku penggemarmu.”seru Mae-ri.
”Dan apa yang menjadi favoritmu di antara karyaku?”tanya Seo Joon.
”Ohhh....film yang diambil di Jepang dua tahun lalu,”jawab Mae-ri.
Seo Joon pun kaget dan menoleh ke arah Mae-ri lalu bertanya,”bagaimana kau mengetahuinya? Tak banyak orang yang tahu tentang film itu.”
”Aku ingat kau bernyanyi di sana dan karaktermu benar-benar keren juga.”seru Mae-ri.
”Kau benar, itu sebabnya aku memilih drama ini.”seru Seo Joon.
”Apakah itu berarti kau akan bernyanyi dalam drama ini juga?”tanya Mae-ri.
”Ahhh...sebuah drama musik.”lanjut Mae-ri yang mulai menyadari sesuatu.
”Pemotretan hari ini adalah konsep untuk drama.”seru Seo Joon.
”Pacar bintang rock, kedengarannya benar-benar menyenangkan. Aku akan menantikannya.”seru Mae-ri.
”Begitu juga aku. Tapi, itu mungkin akan sedikit ramai karena aku banyak memiliki anti-fans”seru Seo Joon.
”Mereka tidak lebih dari rumor tak berdasar. Jangan terlalu khawatir tentang hal itu.”seru Mae-ri memberi semangat Seo Joon.
”Aku sedikit terluka, jadi terimakasih.”ucap Seo Joon.
Mae-ri pun tersenyum. Tiba-tiba ahjuma manager datang dan berseru,”apa yang kau lakukan?”sambil memandang sinis ke arah Mae-ri.
”Aku lebih baik kembali bekerja kalau begitu. Good luck!”seru Mae-ri lalu melangkah pergi.
”Ya,”ucap Seo Joon.
”Asisten itu baik-baik saja, bukan?”tanya Seo Joon pada ahjuma manager yang sudah ada disampingnya.
”Apa yang kamu maksud dengan ”baik-baik saja”. Dia sangat aneh.”seru ahjuma.
”Mengapa”tanya Seo Joon.
”Apa yang begitu baik tentang dia? Dia hanya bersandiwara.”tegas ahjuma manager.
”Tidak.”seru Seo Joon.
”Dia memintamu untuk tanda tangan, kan? Dia menjadi seorang asisten agar dia bisa bertemu selebriti. Tapi dia suka menyebarkan deas-desus di internet tentang manajer yang menggunkan kekerasan yang tidak perlu.”seru ahjuma manager.
”Ehhh... itu tidak masuk akal.”ucap Seo Joon lalu menoleh ke arah Mae-ri yang membagikan air mineral pada staf lainnya.
Di ruangan toilet Mae-ri mencoba menulis sms, sepertinya untuk Mu Gyul. Tapi ia mendengar suara orang yang memperguncingkan Seo Joon.
”Ahh.. Dia adalah ular berkepala dua! Dan dia pikir, dia adalah bintang juga, tapi dilihat dari cara dia berpakaian. Emas, dia atas emas. Dia mungkin seseorang perempuan kedua juga.”seru salah satu orang yang berada didalam toilet yang sepertinya menelepon seseorang..
”Aku tahu. Mengapa dia membuat keributan dengan memainkan drama baru. Ketika dia benar-benar merusak drama yang dia mainkan tahun lalu?”tanya orang yang ditelepon.
Mendengar itu pun Mae-ri melanjutkan menulis sms yang tadi sempat terhenti gara-gara mendengar obrolan orang ini.
”Hei, kata beberapa kru produksi dia bahkan merayu direktur untuk mendapatkan peran ini, dan sekarang dia bilang dia pacarnya.”jawab orang didalam toilet.
”Itu benar, tentu saja tanpa sponsor itu, kita akan menonton ”X-file!”seru orang ditelepon.
Mendengar obrolan yang melantur ini Mae-ri pun berhenti mengetik, ”Apa ini, komentar sangat tidak berdasar.”guman Mae-ri.
”Sebentar, aku lebih baik menelpon ayah untuk memberi tahu aku mungkin terlambat.”guman Mae-ri sambil memencet nomor telepon ayahnya.
Sementara itu orang yang bergosip di dalam toilet pun keluar melewati Mae-ri. Dan mencuci tangannya di wastafel samping Mae-ri, sambil tetap menelepon.
”Aku bilang, dia bergantung pada sponsornya untuk dapat terkenal.”seru orang ditelepon.
”Itu benar. Kalau tidak, dia akan terjebak melakukan film indie di Jepang. Tentu Saja.”seru orang yang menelepon lalu melangkah pergi meninggalkan toilet.
Mae-ri yang sedaritadi mendengar pun tidak mempedulikan orang itu.Mae-ri mencoba menelepon ayahnya namun tidak diangkat-angkat. Tiba-tiba dari dalam toilet keluar Seo Joon, Mae-ri yang melihat Seo Joon dari kaca kaget ketika Seo Jon mendekatinya dengan penuh kekesalan. Sepertinya Seo Joon salah paham ia mengira orang yang tadi menjelek-jelekkan dirinya tadi Mae-ri,. Mae-ri menoleh ke arah Seo Jeon yang sudah ada didekatnya , dengan cepat Seo Joon merebut Hp dari tangan Mae-ri. Dan membantingnya ke kaca toilet hingga rusak. Mae-ri kaget melihat tingkah Seo Joon yang salah paham ini.
”Apa yang kau lakukan? Mengapa kau bertindak seperti ini?”tanya Mae-ri.
”Apakah kau bahkan harus bertanya,”seru Seo Joon tersenyum sinis lalu melangkah pergi meninggalkan Mae-ri penuh amarah.
Mae-ri pun tak habis pikir Seo Joon akan begitu ia pun mengambil Hp yang telah rusak itu.
Seo Jeon yang sedang kesal tidak memperdulikan orang yang ada disekitarnya.
”Oh,rambutmu...,”seru salah satu staf mendekati Seo Joon mau membenanarkan tatanan rambutnya.
”Ahhh...jangan sentuh aku!”seru Seo Joon sambil menghempaskan tangan orang tadi, sampai orang itu jatuh. Seo Jeon tidak mengindahkannya ia tetap melangkah pergi.
Tiba-tiba Seo Jeon di tahan ahjuma manager, ”Seo Joon!”serunya.
”Seo Joon pun melepaskan tangan ahjuma itu dan berkata,”aku tidak bisa melakukan pemotretan sekarang, aku akan pergi untuk mencari udara segar.”seru Seo Joon sambil melangkah pergi.
”Apa yang terjadi”tanya Jun In pada Lee An dan ahjuma manager..
”Aku tidak tahu, tapi tampaknya dia marah.”jawab Lee An. ”Yahhh...ini pertama kali aku melihatnya seperti itu,”lanjutnya.
”Apa yang terjadi?. Dia mulai bertindak seperti itu tepat setelah dia keluar dari kamar mandi.”seru ahjuma manager.
Jun In pun berpikir lalu datang fotografer sambil berkata,”apa yang kalian lakukan? Bukankah kita akan mulai pemotretan?”tanyannya.
”Lanjutkan saja dan mulai persiapkan diri untuk set berikutnya.”seru Jun In lalu bergegas pergi.
”Kenapa ini tiba-tiba?”seru fotografer pada Lee An. Lee An pun cuek-cuek saja. ”Direktur!”teriak ahjuma manager lalu bergegas menyusul Jun In.
Mae-ri keluar dari kamar mandi sambil memegang Hpnya yang sudah terbelah menjadi dua dengan perasaan sedih.
Sementara itu Seo Joon berjalan menuju tempat pertunjukkan Mu Gyul. Jun In pun mengikuti dibelakangnya.
Seo Joon duduk di meja dekat bartender dan memesan minuman. Ia pun minum air pesanannya dan memperhatikan Mu Gyul menyanyi dengan perasaan lebih tenang sambil menyentuh bandul kalungnya
Jun In berhasil mengejar Seo Joon, ia sudah sampai dalam gedung itu. Ia melihat ke arah Seo Joon yang serius memperhatikan Mu Gyul bernyanyi.
Jun In pun ikut memperhatikan Mu Gyul. Jun In terpana dengan Mu Gyul entah karena wajahnya atau suaranya hahaha.
Tiba-tiba ahjuma manager datang mengagetkan Jun In, ”Direktur , kau di sini?”serunya.Namun Jun In bersikap biasa saja. Ahjuma tadi melihat ke arah Seo Joon, ”Oh, Seo Joon!”serunya lalu melangkah mendatanginya.
Namun ditahan oleh Jun In yang tetap fokus memperhatikan Mu Gyul bernyanyi.
Ahjuma manager ikut memperhatikan orang bernyanyi. Ia pun membelalakkan matanya ketika melihat orang itu Mu Gyul.
Mu Gyul bernyanyi My Precious diiringi drum yang dimainkan Hyung. Tapi sepertinya Hyung tidak begitu bisa memainkan drum. Teman Mu Gyul yang berambut keriting pun menoleh ke arah Hyung, dan Mu Gyul yang menyadari itu pun menoleh sedikit tapi tetap fokus bernyanyi. Tiba-tiba Hyung berhenti bermain drum. Musik pun berhenti, Mu Gyul berhenti menyanyi dan teman satunya lagi menoleh ke arah Hyung.
”Apa yang terjadi!”seru penonton yang mulai ribut. Hyung pun hanya bisa pasrah mendesah. Seo Joon pun cuek dan meminum minumannya lagi.
”Direktur, ini sia-sia saja menonton konser ini. Vokalis ini benar-benar tanpa harapan. Dia kurang baik, baik sopan santun maupun keterampilan.”seru ahjuma manager mencoba mempengaruhi Jun In. Namun Jun In tidak goyah.
Tiba-tiba Mu Gyul melanjutkan nyanyiannya tanpa diiringi musik. Seo Joon pun memperhatikan kembali ke arah Mu Gyul. Dan Jun In menatap Mu Gyul dengan penuh kekaguman tanpa berkedip hahaha.
Sorak sorai penonton pun riuh saat Mu Gyul mengakhiri lagu tadi, lalu Hyung berganti posisi dari menabuh drum memainkan bassnya.
Jun In mendekati Seo Joon dan memegang pundaknya, Seo Joon menoleh dan berseru, ”ayo kita pergi.lalu bergegas pergi. Ahjuma manager pun menyusulnya namun menghentikan langkahnya ketika merasa Jun In tidak bergerak pergi. ”Direktur, mari kita pergi.”serunya.
”Kau pergi dulu, aku akan tinggal di sini sebentar.”ucap Jun In.
Ahjuma tadi pun kesal, ia pun bergeas peri. Jun In memperhatikan Mu Gyul yang masih menyanyi, ternyata band Mu Gyul ini menyanyikan ”Take Care, My Bus” disusul ”Tel Me Your Love.”
Sorak sorai penonton pun riuh mengikuti band indie ini tampil dan Jun In memperhatikannya dengan penuh kekaguman .
Mu Gyul dan kedua temannya sudah berada di ruang ganti. ”Apa yang dilakukannya,”seru Hyung.
”Pertunjukkan telah berakhir, tapi dimana dia?”seru temannya yang lain.
Tiba-tiba dari pintu muncul teman-teman yang ditunggunya,”Ah..benar-benar kakak.!”serunya.
Mu Gyul dan kedua temannya pun menoleh ke arah pintu. ”Hei...hei...hei!Ah...benar-benar!”seru teman Mu Gyul yang satu sambil melemparkan sapu tangannya.
Teman yang ditunggu ini pun masuk ke dalam, ”aku meminta maaf.”serunya.
”Aku mendapat kecelakaan dalam perjalanan ke sini.”lanjutnya.
”Apa yang terjadi dengan lenganmu?”tanya Hyung sambil melihat lengan temannya ini yang sudah digips.
”Kau pasti kesusahan untuk menggantikan aku, bukan? Aku benar-benar minta maaf,”seru teman yang tidak datang.
”Apa yang harus disesalkan? Kenapa kau meminta maaf karena terluka?”ujar Mu Gyul.
”Hei, Mu Gyul. Kami juga minta maaf, kita tidak tampil dengan baik.”seru Hyung. Suasana pun jadi canggung karena masing-masing merasa bersalah.
Mu Gyul berdiri dari duduknya dan berseru,”aku sudah mengatakan tidak apa-apa jadi kenapa bertindak seperti ini? Kau sudah melakukan yang terbaik, jadi kenapa kau minta maaf? .”
”Apa yang harus disesalkan?”lanjut Mu Gyul setengah berteriak lalu melemparkan handuk kecilnya, dan mengambil gitarnya dan melangkah pergi.
”Kakak.”teriak teman yang terluka tangannya itu.
”Apakah lenganmu baik-baik saja? Kau seharusnya berhati-hati.”seru Hyung.
Mu Gyul berjalan tergesa-gesa. Tiba-tiba Jun In berseru, ”Maaf! Yang telah menunggunya dibalik tembok ruangan.
Mu Gyul pun menghentikan langkahnya. ”Apa ini?”seru Mu Gyul.
Jun In mendekat ke arah Mu Gyul, lalu mengeluarkan kartu namanya dan menyerahkan kartu nama itu ke Mu Gyul. Tapi Mu Gyul tidak mengambilnya.
”Mu Gyul.”seru Hyung. ”Kakak!”seru teman yang tidak datang tadi. Teman-temannya ini menyusul Mu Gyul.
”Apa ini?” Siapa kau?”tanya teman Mu Gyul yaang berambut keriting.
”JI entertainment? Ahh.....kau disini untuk mencari kita?”seru Hyung.
Mu gyul yang tidak tertarik pun bergegas pergi.
”Kita harus berbicara!”seru Jun In melihat Mu Gyul pergi.
” Ah, tunggu sebentar! Dia tidak mood untuk berbicara sekarang, tapi kau dapat berbicara denganku.”seru Hyung pada Jun In. Teman yang berambut keriting pun membenarkan dandanannya melalui kaca Hp.
”Aku pemimpin band ini. Kau bisa memanggilku Ri No,”seru Hyung memperkenalkan diri mencoba menjabat tangan Jun In.
”Aku Yo Han,”seru teman yang berambut keriting. ”
Dan aku Re Oh”seru teman yang terluka lengannya.
Tapi Jun In tidak menanggapi jabatan tangan Ri No dan perkenalan diri kedua temannya, ”Aku tidak tertarik pada band amatir.”seru Jun In. Lalu bergegas pergi meninggalkan mereka. Ri No dkk pun hanya melongo melihat Jun In pergi.
Mu Gyul dkk ternyata minum-minum dan makan di kafe. ” Ya! Kami adalah sebuah band amatir, jadi apa yang akan kau lakukan?”oceh Yo Han sambil mengambil daging pakai sumpitnya.
”Hei, ini sudah tujuh tahun sejak kita pertama kali bertemu. Aku benar-benar senang ketika kita masih berada di band sekolah ketika SMA”seru Ri No.
”Aku tidak punya kenangan yang tersisa waktu itu.”seru Mu Gyul sambil tersenyum.
”Namun kau masih ingat?”seru Yo Han.
”Aku tahu. Kalau saja kita bisa kembali ke waktu ketika kita tinggal dengan mimpi musik kita”seru Re Oh.
”Ya, tapi keberuntungan telah meninggalkan kita dan kita tidak bertambah muda. Semua teman-teman kita akan menikah satu per satu. Bisakah kita tetap seperti ini selama sisa hidup kita?”seru Yo Han.
”Hei, Kang Mu Gyul, kau tidak seperti kita. Kau punya bakat dan penampilan. Sejujurnya, kau seharusnya tidak bersama kami. ”seru Ri No.
”Kenapa tidak?”tanya Mu Gyul.
””Karena kau hanya akan berakhir dengan membuang hidupmu juga. Kau harus menghadapi kenyataan. ”jawab Ri No.
”Kenyataan....”guman Mu Gyul sambil menenggak minumannya dan menghempaskan botolnya dengan keras ke meja.
”Apa itu kenyataan? Apakah ini semua yang ada untuk hidup? Kau bermain-main dan hanya begitu apa itu yang kau pikirkan?”seru Mu Gyul.
Mereka pun keluar dari kafe dalam keadaan mabuk.
”Semuanya sempurna. Tidak ada masalah sama sekali!Kita akan menjadi besar dengan band ini!”seru Re Oh.
”Hei...Hei! pendekatan dasar terhadap hidup harus selalu kecepatan dan sikap!”seru Yo Han.
”Itu benar, kecepatan dan sikap!”seru mereka berempat serempak.
”Yah...bahkan jika kita berhenti bermain musik!”Seru Yo Han.
”Mari kita jangan pernah melupakan mentalitas rock kita.”seru Mu Gyul.
”Kau harus berlatih keras!”seru Ri No pada Re Oh.
”Oke...oke....oke.”seru Re Oh.
”Dan kau, kau sebaiknya mulai berpikir tentang pernikahan”seru Ri No pada Yo Han.
”Dan kau Mu Gyul. Kau pergilah ke orang brengsek itu... pergilah ke JI Entertainment.”seru Ri Ni pada Mu Gyul.
”Dan aku.... akan pulang ke rumah.”ucap Ri No. Mereka pun saling membubarkan diri menuju tempat tujuannya masing-masing meninggalkan Mu Gyul sendirian.
”Kau orang yang tidak bertanggungjawab! Hanya berpikir ke mana kalian akan pergi! kenyataan....kenyataan....beraninya kalian bicara denganku tentang kenyataan.”teriak Mu Gyul ke arah ketiga temannya yang sudah pergi menjauh.
Mu Gyul pun berjalan pulang, ”Di antara kepercayaan, harapan dan cinta yang paling penting adalah.... yah itu....”guman Mu Gyul sambil merogoh Hp dan mengecek inbox Hpnya.
”Oh! Aku mendapat pesan dari Merry Christmas”guman Mu Gyul lalu duduk di samping jalan membuka isinya.
Sms itu berisi, ”Kang Mu Gyul, terima kasih untuk kemarin dan juga maaf. Kau pasti lelah karena aku, jadi pastikan kau pulang dan beristirahatlah. Aku tidak minum lagi setelah mengatakan kau tidak akan karena pekrjaanmu, bukan?”. Mu Gyul tertawa kecil membaca isi sms itu dan berseru, ”aku sudah mabuk.”seru Mu Gyul.
”Jangan sombong hanya karena kau masih muda, pikirkan tubuhmu. Jika kau ingin terus bermain musik selamnya. Kau harus memikirkan kesehatanmu sekarang,”pesan Mae-ri dalam smsnya.
”Selamanya?”guman Mu Gyul.
”Bye! Merry Christmas! Meoowwwww,”Mae-ri mengakhiri pesannya.
Mu Gyul pun tertawa kecil lalu memencet no telepon Mae-ri, tapi teleponnya tidak ada jawaban hanya jawaban operator.
”Angkat teleponku, Merry Christmas.”guman Mu Gyul sambil terus mencoba menelepon Mae-ri lalu dilihatnya bayangan mendekat ke arahnya.
Mu Gyul menoleh ke orang yang mendekat itu, ternyata orang itu Jun In, berarti Jun In mengikuti Mu Gyul terus ni .
Sementara itu di kantor Jun In pemotretan dimulai kembali.
”Mendekatlah, dekat dengan kamera...oke. sekarang, mendekatlah ke Seo Joon. Lebih dekat, hanya sedikit saja..oke,”seru fotografer mengarahkan Lee An bergaya.
”Dia benar-benar cantik”seru salah satu staf pada Mae-ri. Mae-ri pun tersenyum.
”Oke, mari kita lanjutkan setelah makan. Mari kita istirahat”.seru fotografer.
Mae-ri mulai membagikan makanan pada para staf. ”Ini, makan malammu.”seru Mae-ri smabil menyerahkan makanan pada fotografer.
”terimakasih.”ucap fotografer itu.
”Ini benar-benar berjalan baik untukmu!”seru Lee An pada Seo Joon.
”tentu saja!”ucap Seo Joon.
”Bertahanlah sedikit lagi.”seru ahjuma manager.
”Aku tahu.”ucap Seo Joon.
”Mari kita minum setelah selesai hari di sini.”seru Lee An.
”Ahhh...haruskah? Ayo pergi bersama..Huh?”ajak ahjuma manager pada Seo Joon.
”Aku juga?”tanya Seo Joon.
”Tentu saja, kau harus datang juga.”seru ahjuma manager.
”Tiba-tiba Mae-ri mendatangi Seo Joon sambil membawakan sekotak makanan.
Ahjuma manager memandang sinis ke arah Mae-ri dan berkata,”Apa ini? Apa yang terjadi sebelumnya di kamar mandi?”tanya ahjuma manager. Tapi Seo Joon menyentuh pundak ahjuma manger supaya tidak mengukit masalah itu lagi.
”Tolong, jangan bicara tidak sopan padaku, aku sudah 24 tahun.”seru Mae-ri.
Ahjuma tadi hanya mendesis sinis dan Lee An kagum sedang Seo Joon biasa-biasa saja.
”Lihatlah, dia sangat kasar,”seru ahjuma manager pada Seo Joon.
”Kau telah salah paham, itu bukan aku.”seru Mae-ri.
”Lalu, siapa itu?”tanya Seo Joon.
Mae-ri melihat ke arah tersangka yang mempergunjingkan Seo Joon, orang itu pun gelisah. Namun dengan tenang Mae-ri tidak menunjukkan orang yang seharusnya disalahkan.
”Walaupun aku tidak tinggal selama itu, aku percaya ada hal yang sebaiknya kau simpan untuk diri sendiri bahkan ketika kau merasa bersalah atau kesal.”seru Mae-ri.
Ahjuma manager tertawa kecil mendengar jawaban Mae-ri.
”Aku hanya ingin meyakinkanmu sekali lagi bahwa. Itu bukan aku. Namun, aku bisa memahami bagaimana kau bisa salah paham terhadapku. Dan aku bisa melihat alasan mengapa kau bereaksi seperti itu. Jadi aku akan memahami tentang hal itu dan karena kita akan banyak bertemu satu sama lain di kantor. Aku tidak ingin memiliki situasi yang tidak nyaman denganmu.”lanjut Mae-ri.
Seo Joon pun mendengarkan dengan seksama perkataan Mae-ri sambil mencerna penjelasan Mae-ri. ”Apa yang kau bicarakan?”tanya ahjuma manager sambil mengoyang-goyangkan tangan Mae-ri.
”Silahkan makan ini. Kau perlu mengenyangkan perutmu jika kau akan melakukan pemotretan sepanjang malam.”seru Mae-ri sambil menyerahkan sekotak makanan pada Seo Joon.
Seo Joon diam saja, namun akhirnya menerima makanan itu. ”Dan air pegunungan juga.”seru Mae-ri sambil menyerahkan sebotol air mineral pada Seo Joon, lalu Mae-ri memberi hormat lalu melangkah pergi.
”Ohhh,,,kegigihannya bukan lelucon.”seru Lee An. Seo Joon pun memperhatikan Mae-ri yang melanjutkan membagikan makanan dan tersenyum.
Sementara itu Mu Gyul dan Jun In minum-minum di kafe.
”Dan apa yang kau ketahui tentang band kami?”tanya Mu Gyul.
”Dari apa yang kudengar, tak seorang pun mendengar tentang band-band indie selain di Hongdae.”jawab Jun In.
”Ini adalah wilayah kami dan panggung pertunjukkan kami.”seru Mu Gyul.
”Tapi, tidak ada alasan untuk mengunci diri di bar, kan?”seru Jun In.
”Di sisi lain mungkin sopan, tetapi tidak mengambil band dengan serius. Hanya di sisi ini band diperlakukan sebagai bagian dari kehidupan.”seru Mu Gyul.
”Itu benar bagi mereka yang mengikuti arus. Aku tidak seperti itu.”seru Jun In.
”Dan, apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?”tanya Mu Gyul.
”Perasaan dan sikap yang kau miliki ketika berada di panggung, dan musik yang tampak hidup. Tidak kurang, tidak lebih.”jawab Jun In lalu mengambil segelas minuman dan meminumnya.
Mu Gyul pun tertawa kecil mendengar perkataan Jun In, ”kau pasti omong kosong. Tapi ketika saatnya tiba, kau akan memberikanku baju konyol untuk dipakai. Dan memintaku untuk lip sync juga.”serunya.
”Ini jelas kau memiliki keyakinan dalam penampilanmu. Namun sejauh bakat dan kemampuanmu pergi, kau masih kurang percaya diri?”tanya Jun In.
”Apakah masih ada nilai komersial yang tersisa pada bakat dan kemampuan?”tanya Mu Gyul nalik.
”Bagiku mentalitas rock itu yang penting.”jawab Jun In.
Mu Gyul pun tertawa kecil dan berkata,”sebuah perusahaan yang hanya khawatir tentang profitabilitas... tahu tentang mentalitas rock?” seru Mu Gyul sambil menyodorkan gelas minuman ke Jun In. Mereka pun toss lalu meminum minumannya.
Mae-ri berjalan pulang ke rumah bertemu ayahnya yang sedang keluar untuk membuang sampah. ”Apa yang kau lakukan disini, bukannya harus pergi ke kantor?”tegur ayahnya.
”Mereka bilang aku tidak perlu pergi kerja hari ini karena kami telah bekerja semalaman.”seru Mae-ri.
”Dan kenapa kau bekerja semalaman? Aku menyuruhmu ke sana supaya kau bisa tinggal dengan Jun In di kantornya. Dan kau melakukan hal-hal yang menggelikan.”seru ayah Mae-ri.
”aku capek, aku akan tidur ayah.”seru Mae-ri sambil berjalan masuk rumah.
Tapi di tahan ayahnya. ”Hei...hei, kau pikir kau akan kemana?!”serunya.
” Jun In mungkin sudah berangkat kerja, jadi kau pergi ke rumahnya dan tidur disana. Pergi ke sana , tidur sebentar dan setelah kau bangun pergilah makan siang dengannya.”seru ayahnya.
”Ayah, benar-benar! Kenapa kau seperti ini?”keluh Mae-ri.
”Kau harus menepati janji yang kau buat ketika kau menandatangani kesepakatan. Kau hanya bisa bermimpi, jika kau pikir kau bisa berpura-pura seperti ini untuk 100 hari. Jadi pergilah!”suruh ayah Mae-ri.
”Aku bilang aku akan pergi. tapi setidaknya bisakah aku berganti pakaian sebelum aku pergi? Ini bau.”seru Mae-ri lalu bergegas masuk rumah.
Sementara itu di rumah Jun In Mu Gyul tidur dengan pulas. Beberapa saat kemudian Mu Gyul terbangun,
Jung In masuk ke kamar dan menyapa Mu Gyul, "kau sudah bangun?"
"dimana aku?" tanya Mu Gyul heran.
Jung In menegak minuman lalu memandang ke arah Mu Gyul, "kau tidak ingat apa yg terjadi semalam?"
Mu gyul sesaat memandang Jung In lalu berfikir, ia pun teringat sepenggal kejadian tadi malam, dimana Mu Gyul dalam keadaan mabuk di papah oleh Jung In, Mu Gyul mengatakan ia kedinginan dan dirumahnya tidak ada pemanas ruangan.
"gitarku..."seru Mu Gyul mencari gitarnya.
Mae-ri memasuki rumah Jung In seraya bergumam sendiri, " orang brengsek yg sopan itu pasti sudah berangkat kerja khan? aku harus masuk dan tidur"
Dikamar, Jung In menawari Mu Gyul minuman, Mu Gyul mengambilnya lalu meminumnya.
"Kau menulis semuanya sendiri, kan? dimana kau merekamnya?" tanya Jung In sambil mendengarkan kaset rekaman band Mu Gyul.
"aku bekerja di rumah" seru Mu Gyul.
"jika kau melakukan rekaman dirumah, seperti musisi indie sesungguhnya" seru Jung In.
Hp Jung In bergetar, ia pun mematikan playernya dan mengangkat telpon.
Mae-ri memasuki ruang tamu, ia pun bersiap tidur, namun ia mendengar percakapan Jung In, " apa ini? sepertinya ia belum berangkat kerja"
Sementara di kamar Jung In bercakap-cakap dengan Mu Gyul,
"bagaimana keadaanmu? sepertinya kau minu agak banyak tadi malam. aku rasa kita cocok satu sama lain" seru Jung In
"kau benar-benar menginginkan ku?" tanya Mu Gyul.
Mae-ri kaget mendengar suara seorang pria yag sedang berbicara dengan Jung In, ia pun mulai dengan pemikirannya, "apakah ia benar-benar gaya?". Mae-ri berjalan perlahan-lahan mendekati kamar Jung In untuk mengetahui apa yang terjadi. Dan menguping pembicaraan mereka. Ia melihat Jung In yang memakai piyama dan seorang pria tidak memakai pakaian hanya bertutupkan selimut. Mae-ri bergumam, "aku akan menangkap basah dia. Kesepakatan 100 hari hanyalah sejarah sekarang.
"bukankah kita sepakat tadi malam bahwa kita membutuhkan satu sama lain?" tanya Jung In.
"ini akan melelahkan....untuk bekerja denganku" seru Mu Gyul.
"kita akan menjadi partner yang baik" seru Jung In
"begitukah" seru Mu Gyul.
Sementara Mae-ri sudah beriri tepat di belakang mereka, ia kaget melihat bahwa pria yang bersama Jung In adalah Mu Gyul, ia memanggilnya dengan perlahan, " Mu Gyul-ah..."
Mu Gyul menoleh kearah asal suara, Mae-ri shock melihat kalo itu benar-benar Mu Gyul, ia pun memanggil sambil menunjuk Mu Gyul, " Kang Mu Gyul!". Jung In menoleh ke arah Mae-ri.
"hei, Merry Christmas, kau...!" seru Mu Gyul kaget seraya menunjuknya lalu menyelimuti seluruh tubuhnya, " hei, apa yang kau lakukan disini?" tanya Mu Gyul yang melihat nya dengan shock.
"kalian berdua....saling mengenal?" tanya Jung In yang tidak kalah shock nya.
Mae-ri berlari dan berdiri diantara mereka, "dia suamiku" serunya kepada Jung In.
Jung In kaget, "kalau begitu, pernikahan..."serunya sambil memandang Mu Gyul.
"kalau begitu, pria dalam lisensi pernikahan?" tanya Mu Gyul seraya menunjuk Jung In.
Mae-ri mendekati Mu Gyul dan berkata, "sayang..."
Writer : Pelangi Drama
Edited & Shared : Drama Asia Lovers
0 Komentar:
Posting Komentar