Cinderella's Sister - Episode 3
Dae Sung sangat kecewa pada istrinya karena sudah menampar putrinya sendiri. Dia tahu kalau Hyo Sun juga turut andil dalam menyakiti Eun Jo dan dia berkata pada Kang Sook: “Aku merasa malu dan terganggu, jangan lakukan itu lagi.”
Dae Sung lebih baik bila menyangkut Eun Jo ketimbang Kang Sook. Dia telah melakukan langkah yang salah. Kang Sook sebenarnya ingin menjadi ibu yang baik bagi Hyo Sun tapi dia malah bersikap dingin pada anaknya sendiri. Jadi dia berlutut dihadapan Dae Sung dan berkata kalau dia takut Dae Sung akan memandang rendah dirinya karena kelakuan putrinya.
Memang ini tidak salah dan Kang Sook melihat kesempatan untuk memanfaatkan momen ini demi keuntungannya. Dia mengatakan kalau dia bisa merasakan tatapan merendahkan orang lain dan berpikir kalau dia hanya janda rendahan. Serangan utama Kang Sook adalah memutarbalikkan situasi jadi dia tampak tidak bersalah. Hasilnya, Dae Sung mengumumkan pada semua staffnya kalau siapapun yang tidak bisa menerima istrinya bisa mengundurkan diri.
Eun Jo duduk di pinggir danau. Dia membayangkan kalau dia pergi jauh. Pergi ke tempat yang tidak ada ibunya dan hidup bebas disana. Eun Jo berhenti sejenak dan melihat Ki Hoon yang tersenyum dan sudah mencarinya kemana-mana. Ki Hoon mulai membimbingnya pergi tapi Eun Jo menyentakkan tangannya dari genggaman Ki Hoon. Gerakan mendadak itu membuat tusuk rambut yang Ki Hoon belikan untuk Eun Jo jatuh dari saku Ki Hoon dan mendarat di atas pasir. Tidak ada yang memperhatikannya.
Eun Jo berjalan lebih dulu dari Ki Hoon yang berteriak di belakangnya kalau dia belum hafal lingkungan disana. Ketika Ki Hoon tersandung dan mendarat di atas batu, Eun Jo berbalik dan menolehnya sebentar tapi tetap berjalan. Lucunya, waktu Ki Hoon mengeluh karena ketidakpeduliannya, Eun Jo terpeleset dan jatuh. Dia cepat-cepat bangkit untuk menutupi wajahnya dan terus berjalan.
Ki Hoon akhirnya berhasil menyusul Eun Jo dan dia memperhatikan lutut gadis itu yang berdarah. Ada luka cukup besar di kakinya dan luka itu tidak akan berhenti mengeluarkan darah. Eun Jo harus mengobatinya. Ketika Eun Jo mempertahankan wajahnya yang tabah, Ki Hoon bertanya: “Tidakkah itu sakit?” Karena kesal pada kerewelan Ki Hoon, Eun Jo menjawab: “Ini sakit! Kenapa ini tidak sakit saja? Tapi apa boleh buat?”
Di rumah Hyo Sun bertanya pada Kang Sook dimana dia mendengar kalau anak-anak mengejek Eun Jo karena memiliki nama keluarga yang berbeda. Hyo Sun sudah bertanya pada semua teman sekelasnya dan tidak ada satupun yang mengatakan hal seperti itu dan hal itu juga diakui Eun Jo.
Kang Sook tidak akan mengakui kalau dia sudah berbohong dan berkata pada Hyo Sun kalau dia pasti salah dengar. Untungnya, Kang Sook selalu memenangkan kasih sayang Hyo Sun jadi dia setuju untuk menutup masalah itu disini.
Eun Jo menunjukkan ekspresi wajah yang kosong waktu seorang dokter membersihkan lukanya lalu menjahitnya. Ki Hoon berada disana dan dia tidak tahan melihat Eun Jo diperlakukan seperti itu. Dia lebih tidak percaya lagi pada reaksi kosong Eun Jo. Ki Hoon bahkan bertanya pada dokter apa Eun Jo punya masalah dalam penerimaan rasa sakit.
Saat berjalan pulang, Eun Jo bertanya pada Ki Hoon lagu berbahasa apa yang dia nyanyikan kemarin malam. Ki Hoon gembira pada ketertarikan Eun Jo dan menjelaskan kalau itu adalah lagu berbahasa Spanyol. Tertarik pada fakta tentang jarak Spanyol dan Korea, Eun Jo berpikir, “Kalau aku bersembunyi disana, tidak akan ada yang mampu menemukanku!”
Tapi pertama-tama, dia harus mempersiapkan diri. Eun Jo bertanya pada Ki Hoon apakah bahasa Spanyol sulit dipelajari dan Ki Hoon mulai berbicara antusias tentang Barcelona dan Gaudi. Tidak tertarik pada topik itu, Eun Jo memotong pembicaraannya dan meminta Ki Hoon untuk mengajarinya bahasa Spanyol. Mereka bisa menggunakan waktu satu jam pelajaran matematika mereka untuk belajar bahasa Spanyol. Tanpa memberi kesempatan berbicara pada Ki Hoon, Eun Jo pergi begitu saja. Sekarang Ki Hoon khawatir, “Tapi aku tidak tahu bahasa Spanyol.”
Sesampai di rumah, Eun Jo mendapati pemandangan yang menyakitkan. Ibunya sedang membuai Hyo Sun dan keduanya tertidur. Emosinya lebih mudah dibaca ketika tidak ada orang disekelilingnya yang menyaksikan. Ada segores luka di wajahnya dan setitik air mata mengkilap di matanya.
Malam itu, Ki Hoon mulai belajar bahasa Spanyol agar bisa mengajari Eun Jo (Ya ampun, cowok ini benar-benar keren!!!). Ketika mereka mulai keesokan harinya, Eun Jo bertanya apakah Amerika Selatan lebih jauh dari Spanyol. Namun, sebelum sempat menjawab, Ki Hoon sudah dipotong dan diminta untuk meneruskan pelajaran.
Ki Hoon ingin mulai dengan mengajari Eun Jo alphabet tapi dia sudah mempelajarinya tadi malam dan ingin lanjut ke Pelajaran 2. Karena hanya belajar Pelajaran 1, Ki Hoon terlihat panik. Dia tidak siap dengan Pelajaran 2 jadi dia kembali ke pertanyaan Eun Jo sebelumnya. Dia menggambar Amerika Selatan dan menunjukkan sebuah titik yang melambangkan kota Ushuaia yang terletak di Argentina dan merupakan kota paling selatan di dunia.
Eun Jo bertanya seberapa jauh tempat itu dan berapa biaya yang diperlukan untuk sampai kesana, yang memancing pertanyaan kenapa dia ingin pergi ke Ushuaia. Dengan cepat, Eun Jo berkata kalau sebaiknya pelajaran dilanjutkan dan dia tidak sabar menunggu pelajaran bahasa Spanyolnya.
Ki Hoon dihadapkan pada dua kenyataan: melanjutkan percakapab atau mengungkapkan kalau dia adalah guru bahasa Spanyol gadungan. Ki Hoon memilih yang pertama dan untungnya dia diselamatkan oleh suara ribut-ribut di luar yang memperpendek waktu belajar.
Suara ribut itu berasal dari tibanya para tamu untuk merayakan ulang tahun Dae Sung. Ketika Eun Jo menyaksikan dari kejauhan, Hyo Sun mendekatinya dan menawarkan satu dari dua hadiah yang sedang dipegangnya. Hyo Sun tahu kalau Eun Jo tidak akan sempat mempersiapkan hadiah untuk ayah jadi dia sudah mempersiapkan satu untuknya. Sikap yang manis tapi Eun Jo menolaknya.
Eun Jo kembali ke kamarnya dan mengecek pesan voicemail di hp-nya, yang langsung mengubah suasana hatinya. Pesan itu dari Jung Woo, yang memperingatkan kalau ayahnya yang pemabuk sedang dalam perjalanan untuk menemukan ibu Eun Jo. Paman Hyo Sun yang memberikan alamat rumah Kang Sook yang baru pada Jang (ayah Jung Woo). Eun Jo sangat kesal.
Eun Jo menemukan Jang duduk tepat di luar gerbang depan. Dia diam disana setelah mengintai Kang Sook yang menjadi pembawa acara dan menyanyikan lagu untuk para tamu. Jang menangis waktu dia bernyanyi bersama Kang Sook dan mengatakan kalau lagu itu dia yang mengajarkan.
Gugup karena Jang akan tertangkap dan marah karena dia datang untuk mengacaukan pesta, Eun Jo menyeret Jang menjauh tepat ketika Ki Hoon muncul dihadapan mereka. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi tapi bisa membaca arah utama keadaan ini dan mengungsika kedua orang itu ke gudang anggur. Permasalahn itu setidaknya bisa diselesaikan disana.
Setelah Ki Hoon keluar, Eun Jo berkata pada Jang kalau Kang Sook sekarang sudah keluar dari kehidupannya – sebaiknya dia melupakan semuanya. Apakah dia ingin uang? Jang bersikukuh kalau dia benar-benar mencintai Kang Sook dan ini tidak ada hubungannya dengan uang.
Suara beberapa pria membuat Eun Jo tegang dan dia membekap mulut Jang untuk membuatnya tenang. Dae Sung dan beberapa orang pergi dari pesta untuk mengambil lebih banyak anggur beras dari gudang dan mereka akan masuk ke dalam gudang.
Untungnya ada Ki Hoon yang menunggu di luar. Dia menawarkan diri untuk membawakan anggur itu pada mereka. Ki Hoon masuk dan mengambil satu tong kecil lalu memperingatkan Eun Jo untuk tidak berlama-lama di ruangan itu. Kalau tidak mereka akan ditangkap.
Eun Jo berbicara dengan tajam pada Jang, mencoba untuk membuatnya pulang: Jang tidak punya semuanya, dia tidak punya rumah besar, dia tidak punya status yang tinggi. Kalau dia punya semua itu maka Kang Sook akan kembali padanya tanpa berpikir. Sebaliknya, Jang hanya pemabuk yang suka berjudi yang hati dan jiwanya sudah membusuk. Kata-kata ini membuat Jang bangun dari mabuknya dan berkata: “Hentikan.”
Dia memperingatkan Jang untuk tidak kembali sampai dia bisa membawakan Kang Sook hal yang dia sebutkan tadi. “Kalau kau tidak kembali, maka aku akan percaya kalau kau mencintai ibuku. Tapi kalau kau tidak melakukannya, maka kau hanya orang rendahan yang datang untuk uang!” Eun Jo bahkan tidak bisa menghentikan air mata yang merayapi pipinya.
Dengan pelan, Jang bangkit dan menatap Eun Jo untuk waktu lama. Eun Jo ketakutan tapi dia tahan. Jang merasa kalau semuanya sudah cukup dan akhirnya pergi. Sekaranglah, Eun Jo baru bisa membuat dirinya tenang.
Setelah mengantarkan anggur, Ki Hoon menemukan Eun Jo di depan rumah. Dia sedang menatap Jang yang mencoba melewati truknya. Dia ingin melihat pria itu segera pergi. “Bisakah kau membunuh pria itu untukku?” Eun Jo sama sekali tidak punya tenaga untuk melakukan apapun. Dia hanya bisa menatap Jang.
Ki Hoon melihat air mata frustasi Eun Jo dan memutuskan untuk mengambil alih. Dia yang akan mengantar Jang pulang. Dia sudah naik ke tempat kemudi dan berkata kalau dia akan pulang dengan kereta terakhir dan tiba di rumah pada pagi hari. Eun Jo tidak bisa mengatakan kalau dia mengkhawatirkan Ki Hoon. Dia dapat membaca ekspresi Eun Jo dan berkata: “Jangan khawatir!” lalu dia pergi sambil tersenyum.
Ketika kembali ke dalam gerbang, Eun Jo melihat Hyo Sun dan Kang Sook sedang bernyanyi sambil menari. Dae Sung terlihat senang tapi dia memperhatikan Eun Jo yang berjalan lesu. Dia meminta Kang Sook untuk memeriksa keadaan putrinya.
Kang Sook menemukan Eun Jo di kamarnya dimana dia mengeluh pada kekejaman Eun Jo dan sikap baik Dae Sung pada Eun Jo. Setelah siksaan yang dialaminya malam ini, Eun Jo meminta ibunya untuk keluar dan berteriak dengan frustasi tentang saat-saat ibu mengabaikannya.
Eun Jo terluka karena ibunya bahkan tidak memperhatikannya. Dia bahkan tidak tahu lutut Eun Jo terluka. Ironisnya, satu-satunya hal yang diingat Eun Jo adalah ketulusan seperti ketulusan Ki Hoon dan Dae Sung. Eun Jo sama sekali tidak tahan pada kepalsuan ibunya dan mengusir ibunya saat dia mulai mengkhawatirkan lutut Eun Jo yang terluka.
Ketika Hyo Sun menemui Eun Jo di luar kamar mereka untuk mengatakan kalau dia memberikan kedua hadiah itu pada ayahnya, Eun Jo berkata dengan datarnya: “Aku tidak menyukaimu. Kau juga tidak menyukaiku, kan? Kau tidak bisa menyukaiku. Tidak ada alasan untuk menyukaiku, jadi bagaimana kau bisa?”
Tapi Hyo Sun berkata, “Tapi aku benar-benar menyukaimu.” Eun Jo tidak bisa mempercayai hal itu dan berkata, “Rasanya lebih alami bila membenciku. Lebih sulit membuat dirimu menyukai seseorang karena kau harus melakukannya. Jadi taka pa bila membenciku. Aku minta agar bersikap seolah-olah kau tidak mengenalku.”
Eun Jo berbalik, “Kau membodohi dirimu sendiri!” dan berkata pada Hyo Sun untuk berpikir lebih cermat. Ketika dia pergi, Eun Jo berpapasan dengan Dae Sung yang telah menguping percakapan itu. Benar-benar tidak beruntung dan Eun Jo lebih memilih kalau Dae Sung lebih baik tidak mendengar semuanya. Tapi Eun Jo tetap berjalan pergi dengan wajah tegarnya.
Eun Jo menelpon Jung Woo untuk memberitahunya kalau ada seseorang yang mengantarkan Jang pulang dan menyuruhnya untuk menelponnya lagi saat Ki Hoon pergi. Eun Jo akan menutup telponnya tapi Jung Woo memintanya untuk menunggu sebentar karena ada sesuatu yang akan dia katakan. “Kakak, kau adalah milikku. Aku mencintaimu.” Cepat-cepat Jung Woo menutup telponnya. Dia gembira karena sudah menyatakan perasaannya pada Eun Jo.
Eun Jo tetap terjaga malam itu dan menunggu Ki Hoon pulang. Ketika sudah jam 4 lewat dan tidak ada tanda-tanda kalau Ki Hoon akan pulang, Eun Jo membuka pintu gerbang dan menunggu dalam kegelapan. Tapi tetap saja dia tidak muncul. Eun Jo akhirnya masuk ke dalam dan membiarkan gerbang sedikit terbuka jadi Ki Hoon bisa masuk. Saat pagi tiba, Eun Jo masih bangun. Dia tidur semalaman.
Sebenarnya Ki Hoon telah dipanggil pulang oleh ayahnya. Dia adalah anak bungsu keluarga Hong. Tidak ada yang menyukai pertemuan itu. Tapi Presiden Hong merasa dia harus menyelesaikan masalah ini sebelum bertambah buruk. Dia mengatakan kalau foto-foto Ki Hoon yang sedang bekerja di pabrik milik Dae Sung telah beredar di media. Keluarganya terpaksa membayar fotografer itu agar tutup mulut. Tapi, Ki Hoon tidak bisa selamanya seperti ini. Keluarga Hong bisa hancur kalau Ki Hoon tetap bekerja disana, khususnya istri Hong.
Ki Hoon menjawab kalau dia tidak akan berhenti bekerja pada Gu Dae Sung. Bukankah Presiden Hong yang berkata kalau dia sudah tidak punya tempat lagi di keluarga Hong. Untuk itu, dia tidak memberikan hak pada ayahnya untuk menentukan bagaimana dia harus menjalani hidupnya. Dia akan menandatangani dokumen yang menyatakan penyerahan warisannya. Ibu tiri Ki Hoon masuk dan mengatakan kalau Ki Hoon seharusnya menunjukkan sedikit rasa hormat – mereka sudah melakukan banyak hal untuk Ki Hoon.
Ayah berkata dengan tenang pada Ki Hoon, “Jika kau tidak menyelamatkanku, aku tidak punya siapa-siapa di sisiku.” Ketika Ki Hoon beranjak pergi, Presiden Hong berkata, “Aku memerlukanmu.” Istri Presiden Hong dan putra tertuanya telah membeli saham perusahaan. Ki Hoon mengerti kalau ayahnya memerlukan sahamnya, bukan dirinya. Meski Ki Hoon tidak pernah mengharapkan kasih sayang pria ini, dia menjawab dengan pahit, “Aku hampir memercayaimu selama sesaat saat kau bilang kau memerlukanku.” Dia lalu menambahkan, “Aku hampir berpikir kau benar-benar memerlukanku.”
Ki Hoon mengunjungi makam ibunya yang terletak di lereng gunung, dimana dia duduk dengan sedih. Dia bertanya pada ibunya apakah dia harus lanjut dan berbicara pada para wartawan dan mengungkap segalanya, tepat seperti yang ditakutkan keluarga Hong. Atau dia seharusnya membiarkan mereka membayarnya sebagai ganti atas aksi diamnya. Apa yang harus dia minta? Ki Hoon lalu mengeluarkan sebotol soju yang dia bawa.
Sepanjang hari, Eun Jo merasa sangat terganggu. Di dalam kelas, dia merasa sedikit gembira saat Hyo Sun menelpon paman dan bertanya tentang Ki Hoon, dia belum kembali dan tidak menjawab telponnya.
Pada malam hari, Ki Hoon masih saja menghilang. Eun Jo berbaring di atas tempat tidurnya, tidak bisa memejamkan mata. Dia menyerah dan akhirnya pergi ke luar. Kali ini Ki Hoon berdiri di luar, bersandar di tembok. Terkejut, tenang, dan gugup, Eun Jo berpikir, “Dia disini.” Lalu Ki Hoon tersenyum padanya dan Eun Jo kembali berpikir, “Dia tersenyum.”
Ki Hoon memanggilnya, “Eun Jo ya.” Dan melambaikan tangan untuk menyuruhnya mendekat. Mata Eun Jo dihalangi embun, dan dia berpikir, “Dia memanggilku Eun Jo ya.” Ki Hoon memanggilnya untuk mendekat tapi Eun Jo malah berdiri tak bergerak sambil berpikir, “Dia memanggilku Eun Jo ya.”
Ki Hoon salah mengerti pada sikap Eun Jo yang membatu dan bergumam kecewa. Bahkan ketika sekali lagi Eun Jo bersuka ria, “Dia memanggilku Eun Jo ya.” Berpikir kalau Eun Jo tidak akan mendekatinya, Ki Hoon berjalan ke tempat Eun Jo berdiri dan tersandung di saat-saat terakhir. Eun Jo menangkapnya dan menyeimbangkannya. Dia masih berpikir, “Dia memanggilku Eun Jo ya.”
Ki Hoon bersandar pada Eun Jo dan berkata, “Aku lapar.” Ki Hoon menahan air matanya, dan berkata lagi, “Aku kelaparan hingga mau mati.” Karena mendengar Ki Hoon yang kelaparan, Eun Jo sibuk menyiapkan makanan. Selama itu, dia masih berpikir, “Dia memanggilku Eun Jo ya.” Dan terus, “Dia memanggilku Eun Jo ya.”
Ketika Eun Jo mengantarkan makanan itu, dia memandangi Ki Hoon lebih dekat dan memperhatikan salah satu kaus kakinya terlepas. Dengan lembut Eun Jo memasangkan kaos kaki itu tapi ketika Ki Hoon bergerak dalam tidurnya, Eun Jo melompat dan berlari seperti orang ketakutan. Dia terengah-engah saat sampai di kamarnya. Saat dia melihat bekas lukanya, ternyata sudah sembuh.
Pada pagi hari, Hyo Sun menyerbu masuk ke kamar Ki Hoon dan membangunkannya. Dia bertanya-tanya kenapa menyiapkan makanan tapi tidak memakannya. Melihat meja itu, Ki Hoon ingat pada kata-kata Eun Jo untuk makan – yang terdengar secara tidak sadar di tidurnya – dan senyuman mematikan itu muncul lagi ketika dia ingat siapa yang bertanggunga jawab. Ki Hoon mulai makan, mengabaikan Hyo Sun yang sedih karena merasakan Ki Hoon berada jauh dari dirinya. Hyo Sun bertanya, “Kak, siapa aku?” tapi Ki Hoon sibuk makan sehingga tidak menjawabnya.
Dalam perjalanan ke sekolah, Hyo Sun dengan waswas mengabarkan tentang kompetisi menarinya yang akan datang. Ayah dan ibu mungkin melupakannya, dan dia tidak yakin bagaimana dengan paman atau Ki Hoon. Mengumpulkan semua keberaniannya, dia bertanya pada Hyo Sun apakah bisa menontonnya dan langsung mendapat jawaban tidak.
Hyo Sun kecewa tapi dia tidak mempermasalahkannya, dia sudah terbiasa pada sikap Eun Jo. Dia berkata dengan kegembiraan yang dipalsukan kalau tidak apa – Dong Soo (cowok yang dulu menyuruhnya berhenti mengirim sms) sekarang telah bersikap lebih baik padanya. Dan saat Hyo Sun menceritakan tentang lomba itu, dia bilang bisa datang.
Eun Jo tidak peduli pada masalah ini dan mendesah. Dengan suara bergetar, Hyo Sun berkata: “Aku tahu apa artinya sebuah desahan. Itu artinya kau lelas melihatku, kan? Aku tahu, tapi kak, tidak peduli bagaimana aku memikirkannya aku tidak mengerti apa maksudmu tentang membohongi diriku sendiri. Aku benar-benar menyukaimu. Tapi kau membenciku. Aku tahu, jadi kau bisa terus membenciku. Aku akan tetap menyukaimu. Walaupun kau membenciku, aku tidak akan mengganggumu seperti aku, jadi jangan menyuruhku untuk memaksa diriku membencimu. Jika itu membuatmu senang, aku akan melakukan apa saja – asal jangan membencimu. Kau mungkin membenciku karena membicarakan ini, kan? Aku tahu. Aku minta maaf.” Hyo Sun kemudian berlari untuk bergabung dengan Dong Soo.
Ketika Eun Jo belajar, suara Ki Hoon mengganggu pikirannya. Ini sedikit mengerikan buatnya. Setelah pulang sekolah, langkah kakinya membawanya ke danau dimana dia melihat Ki Hoon sedang duduk sendiri. Untuk beberapa saat dia terlihat senang tapi suasana hatinya berubah saat dia melihat seorang gadis tak dikenal bergabung dengan Ki Hoon dan menyerahkan sebuah tas belanja padanya.
Ketika sampai di rumah, Eun Jo melihat Dong Soo sedang mengintai ke sekeliling rumah sambil membawa bunga. Waktu dia melihat kehadirannya, dia menjatuhkan buket bunga itu dan pergi tanpa sepatah katapun. Eun Jo sama sekali tidak punya keinginan untuk menyampaikan bunga itu pada Hyo Sun, jadi dia meninggalkannya begitu saja.
Di dalam dia melihat ibu sedang menggunting kuku kaki Hyo Sun. Ketika masuk ke dalam kamarnya, Eun Jo menemukan perlengkapan minum the. Dia menatapnya dengan marah. Hyo Sun memberikannya sebagai hadiah karena Eun Jo akan pindah ke kamar barunya besok. Inilah cara Hyo Sun untuk merayakan hari terakhir mereka sebagai teman sekamar. Di hari lain, Eun Jo mungkin akan mengabaikan ini. Tapi sekarang dia benar-benar marah. Jadi dia bertanya pada Hyo Sun, “Kalau kau begitu menyukaiku, bisakah kau memberikan apapun yang aku minta?”
Hyo Sun terlihat senang dan bertanya apa yang diinginkan Eun Jo. Dia akan melakukannya. Eun Jo berkata, “Kau bisa menangani apapu yang aku minta?” Hyo Sun mengangguk tanpa ragu. Eun Jo menantangnya lagi, “Tak peduli apapun yang aku miliki, kau bisa menyukaiku sampai akhir?” Hyo Sun berkata kalau dia bisa.
Jadi Eun Jo keluar dan mengambil buket bunga dimana Dong Soo menjatuhkannya sambil berpikir, “Aku tidak tahu kenapa aku ingin memainkan lelucon ini. Aku hanya merasa marah pada sesuatu. Tapi aku tidak tahu itu apa sebenarnya.”
Eun Jo memberikan bunga itu pada Hyo Sun dan mengatakan kalau Dong Soo yang memberikannya dan ingin mengajaknya berkencan. Disanalah, dia menjelaskan kalau Hyo Sun telah membodohi dirinya sendiri. Sekarang Eun Jo sudah mendapatkan kemarahan Hyo Sun dan dia tidak bisa terus menyukainya.
Hyo Sun terkejut dan terluka. Dia melihat kartu di buket itu dan mulai membacanya. Eun Jo belum memeperhatikan kartu itu, yang akan mengahancurkan leluconnya. Jadi dia mengambil kartu itu saat Hyo Sun mulai menangis dan pergi.
Sekejam leluconnya, Eun Jo puas bisa menggunakannya untuk mengakhiri semuanya disini. Tapi waktu dia melihat kartu itu, dia terkejut. Bunga itu untuknya: “Song Eun Jo! Aku menyukaimu! Aku ingin pergi kencan denganmu – ayo kencan! Aku akan memperlakukanmu dengan baik!”
Berikutnya, Hyo Sun masuk lagi ke ruangan itu. Sambil membelalak, dia berkata, “Pengemis.” Eun Jo menyuruhnya untuk mengulanginya lagi. Jadi, Hyo Sun yang dibanjiri oleh kemarahan, meneriakkannya dengan suara yang jelas dank eras, “Pengemis! Enyahlah!” Eun Jo sebenarnya puas dengan reaksi itu.
0 Komentar:
Posting Komentar