dwicri-j. Diberdayakan oleh Blogger.

Sinopsis MSOAN - Episode 1 part 2

Mu Gyul sudah selesai tampil, para fans sudah menunggunya di gang.

"Permisi, apakah vocalisnya ada di sana, benar?" tanya Mae Ri pada salah satu fans yang juga sedang menunggu Mu Gyul.

"Ya."

"Berapa lama aku harus menunggunya agar bisa bertemu dengannya?" tanya Mae Ri.

"Aku tidak tahu pasti. Dia seharusnya sudah keluar sekarang."

"Kapan dia datang?" keluh Mae Ri.



Mu Gyul datang dan para fans histeris menyambutnya.

"Permisi, di sana! Permisi! Apakah tanganmu yang berdarah baik-baik saja? Apakah itu sakit? Permisi! Permisi! Apakah kau ingat aku? Di gang tadi, beberapa saat yang lalu." Mae ri meloncat-loncat agar bisa melihat Mu Gyul. Tapi Mu Gyul sama sekali tidak bisa melihatnya, karena para fans berdesakan disekelilingnya.

Akhirnya Mu Gyul melihat Mae Ri.

"Mi Nyu Gi? Ahh.. Ji-Hye? Aku mohon maafkan aku?" ucap Mu Gyul saat melihat Mae Ri. Mu Gyul mengira Mae Ri adalah salah fansnya, lalu Mu Gyul memeluk Mae Ri seperti layaknya fans yang lain, masing-masing mendapat pelukan dari Mu Gyul. Mu Gyul melepaskan pelukannya kemudian pergi, para fans mengikutinya.
Mae Ri terdiam, "bukaan, bukan. Permisi! Permisi, bisakah kita bicara sebentar?" suara Mae Ri tidak terdengar oleh Mu Gyul.

Mae Ri terus mencari Mu Gyul, hingga ia mendapati Mu Gyul tengah bersama seorang wanita. "Oh, Di sana!"


Wanita itu marah-marah pada Mu Gyul, tapi Mu Gyul terkesan masa bodo dengan wanita itu.
"Bagaimana kau bisa melakukan hal ini padaku? Kau sangat kejam.." ucap wanita itu dengan penuh emosi kemudian menampar Mu Gyul, Mu Gyul tidak merespon ia malah pergi begitu saja.
"Hey, kemana kau akan pergi? Hey!!" wanita itu berteriak dan kemudian menangis kencang.
Mae Ri yang melihat hal itu kaget. "Hey!! Oh, ia hanya membuatnya menangis!" ucap Mae Ri.

"Aku kira dia benar-benar orang yang sangat buruk, tidak diragukan lagi tentang hal ini. Memang, dia terlihat hanya memanfaatkan orang saja. Hmmm... Dia mengadakan pertemuan dengan permpuan lain, setelah dia putus dari seseorang. Dia benar-benar playboy." Mae Ri mengikuti Mu Gyul.

"Pasti ada sesuatu yang mencurigakan dari orang ini! Jika tidak bisa menghadapi hal ini dengan baik, pasti konsekuensinya nanti bertambah besar." Mae Ri berprasangka buruk pada Mu Gyul, sebenarnya Mu Gyul menemui managernya di sebuah restaurant.


"Aku pikir kau baru saja mendengarnya, tapi kau harus menyiapkan koreografimu di panggung untuk debutmu sendiri." kata manager.

"Mana ada sebuah band menari? Kenapa kau bertindak seperti ini?" tanya Mu Gyul.

"Kau tidak bisa membuatnya band ini lebih besar kalau kau bersama orang-orang itu."

"Cukup." Mu Gyul tidak suka dengan konsep yang diberikan mangernya. "Jika tidak dengan bandku aku tidak akan tampil."



"Kau begitu sadar dengan keadaan." Managernya kesal. "Lakukan saja seperti yang aku katakan. Tapi, jika kau ingin melanggar kontrak kami, kami akan membawa hal ini ke persidangan. Kau harus membayar tiga kali lipat lebih tinggi dari yang diberikan." Manager menyodorkan surat kontrak kepada Mu Gyul. " Hey, Kang Moo Gyul, apakah kau berpikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja setelah melakukan hal ini? Apa ini? Apakah kau sudah mengembalikan uang jaminan atau melakukan sesuatu?"

Mu Gyul membaca surat itu kemudian merobeknya. Kemudian Mu Gyul menyerahkan amplop yang berisi sejumlah uang yang sangat banyak. "Ya. aku tidak ingin melawan hal ini lagi, biarkan aku pergi."


Manager itu tersenyum puas setelah melihat isi. "Hey, apakah kau punya gagasan berapa banyak uang yang harus aku investasikan padamu selama tiga bulan ini?" kata manager.

"Seluruhnya itu adalah warisanku. Aku tidak punya apa-apa lagi sekarang." ucap Mu Gyul seraya meneguk minumannya.

"Well, ternyata caranya seperti ini.. Jujurlah, kau tidak pernah mendengarkan, dan itu adalah hal yang paling sulit adalah bekerjasama denganmu." ujar manager.

Mu Gyul mengambil kembali amplop itu, tapi manager segera mencegahnya.



"Ada apa denganmu? Apa kau ingin mengambil kembali apa yang sudah kau berikan?" tanya manager.
Mu Gyul berhasil mengambil amplop itu lagi, kemudian mengambil selembar uang.
"Tinggalkan aku." Mu Gyul menyuruh manager untuk segera meninggalkannya.
"Tentu saja. Aku yang akan membayar minuman ini juga." jawab manager seraya tersenyum karena ia mendapatkan uang banyak hari ini.


Setelah manager pergi. Mae Ri segera menghampiri Mu Gyul.

"Helo, aku adalah penggemarmu. Bisakah kau memberikan tanda tangan padaku?" ungkap Mae Ri seraya menyerahkan selembar kertas kosong. Mae Ri melakukan hal ini untuk bisa mendapatkan tanda tangan Mu Gyul, untuk surat keterangan pertanggung jawaban kalau Mae Ri tidak bersalah.

"Ah, ini." Mae Ri memberikan pulpen.



"Namamu?" tanya Mu Gyul.

Mae Ri terkejut karena ternyata Mu Gyul memberikan tanda tangan yang sangat besar, tanda tangan Mu Gyul menghabiskan satu kertas penuh.

"Aku, Wi Mae Ri." jawab Mae Ri.

"Ahh.. Apakah ini harus sebesar ini?" keluh Mae Ri. Kalau tanda tangannya sebesar itu gimana Mae Ri buat surat pernyataannya.. XD

"Ada yang salah dengan ini." tanya Mu Gyul.

"Ah, Tidak. Tidak sama sekali." jawab Mae Ri. "Tapi, tidak dapatkah kau menulis namamu lebih kecil di kertas ini, disebelah sini?"

"Kemari" Mu Gyul hendak memeluk Mae Ri, seperti yang biasanya dilakukan pada fans. Mu Gyul kira Mae Ri benar-benar fansnya.

"Ah, aku baik baik saja." Mae Ri menolak.

"Terimakasih. Terimkasih. Terimakasih banyak" Mae Ri membungkuk-bungkuk. Kemudian berlari pergi.

Mu Gyul heran dengan sikap Mae Ri, tidak biasa fans seperti itu.


"Assa!" Mae Ri tersenyum senang karena akhirnya ia bisa membuat surat pernyataan. "Sebuah surat pernyataan tidak bersalah untukku."

Mae Ri segera menulis surat pernyataan itu di sebuah kursi taman. "Surat pernyataan pertanggungjawaban. 
Kecelakaan, kecelakaan yang sangat kecil. Kejadian itu terjadi di sebuah gang di Hondae, hal itu terjadi karena kesalahan si korban." ungkap Mae Ri seraya menuliskan kata-katanya itu.

Mu Gyul datang menghampiri Mae Ri. Ia melihat tulisan Mae Ri dan kemudian merebutnya. Mae Ri kaget.

"Apa ini?" kata Mu Gyul setelah membaca tulisan Mae Ri.

"Bukan, itu hanya.." jawab Mae Ri gugup.

"Seorang penggemarku, benarkah?" tanya Mu Gyul.

"Ah, bukan, itu hanya.."


"Kembalikan itu padaku!" Mae Ri mencoba mengambil kertasnya. "Kembalikan! Kembalikan!"

Mu Gyul merobek kertas itu,

"Hei, kau tidak boleh melakukan ini. Dengar, kau tidak bisa meninggalkan hal ini begitu saja!" Mae Ri kesal.
"Bicara sesuatu padaku!" Mae Ri berteriak pada Mu Gyul yang sudah pergi meninggalkannya.

Di sebuah restaurant, Mae Ri berhasil mengejar Mu Gyul dan mereka tengah minum bersama.

"Tapi kau benar-benar baik-baik saja kan?" tanya Mae Ri sekali lagi.

"Aku tadi sudah katakan hal itu." jawab Mu Gyul kesal.

"Jadi bagaimana? Tolong tulis surat pernyataan bahwa aku tidak bersalah dalam hal ini." Mae Ri menyerahkan kertas pada Mu Gyul. Mae Ri harus mendapatkan tanda tangannya, agar ia terbebas dari masalah tabrakan itu.

"Apakah kau selalu merasa ditipu selama hidupmu?" Tanya Mu Gyul yang heran dengan sikap Mae Ri.

"Ya. Itu alasan kenapa aku tidak pernah percaya dengan siapapun di keluargaku. Mereka memang seperti itu dari dulu." Jawab Mae Ri.

"Tidak dapat dipercaya keluargamu seperti itu, kau mau minum?" Mu Gyul menawarkan minuman pada Mae Ri.

"Tidak, aku tidak bisa minum." Mae Ri menolak dengan cepat. "Ketika aku minum-minum, aku sering lupa segalanya."

Mu Gyul terus menatap sinis ke arah Mae Ri, Mae Ri jadi tidak enak.

"Baiklah. Aku akan minum. Tapi, apakah setelah aku minum satu tegukan ini, kau akan benar-benar menulis sebuah pernyataan untukku, benar?"


"Ini." Mae Ri memberikan sebuah kertas. "Sudah aku lakukan, kan? Sekarang tanda tangani ini, aku mohon."
"Aku tidak pernah menandatangi sesuatu seperti ini lagi." ucap Mu Gyul.

"Apa?" tanya Mae Ri. "Pernahkah kau tertipu selama hidupmu?"

"Apakah kau minum-minum seperti ini hanya kebetulan?" tanya Mae Ri yang heran melihat Mu Gyul meminum banyak botol.
"Aku hanya minum-minum saat aku merasa mood ku buruk." jawab Mu Gyul.
Mu Gyul menawarkan satu botol pada Mae Ri. "Aku sudah katakan padamu, aku tidak bisa minum." Mu Gyul menatap tidak bersahabat ke arah Mae Ri.


Mae Ri berkata dalam hatinya. "Benar, dia sudah minum banyak, hanya beberapa minuman lagi dia akan memberikanku tanda tangannya." Mae Ri mencoba untuk mengelabui Mu Gyul.

"Baiklah, perasaanmu sedang buruk, biar aku saja yang menuangkannya untukmu." Mae Ri menuangkan minuman untuk Mu Gyul seraya tersenyum.

"Selamat menikmati." ucap Mae Ri.

"Ini giliranmu sekarang." Mu Gyul memberikan minuman itu pada Mae Ri.

"Baiklah." Mae Ri terpaksa meminumnya.

"Jangan buang minumanmu." kata Mu Gyul saat tahu Mae Ri mencoba untuk mengelabuinya.



"Kau melihatnya?" tanya Mae Ri.

"Itu melanggar aturan. Kau harus minum dua cup lagi sekarang." Sekarang giliran Mu Gyul yang mempermainkan Mae Ri.

"Baiklah, aku bilang aku akan meminumnya. Aigoo.. Itu terlalu banyak." ucap Mae Ri saat Mu Gyul menuangkan satu gelas penuh untuknya.

Dan akhirnyaaa.. Mereka berdua mabuk bersama.. Syalalaa..

Mu Gyul dan Mae Ri berjalan limbung.

"Aish, siapa yang menaruh "bis desa" di laguku?" Mu Gyul bernyanyi lagunya.

Mu Gyul menggenggam tangan Mae Ri.

"Aigoo.. Cepat pergi dariku!" ucap Mae Ri, seraya mendorong Mu Gyul.

"Surat pernyataan bahwa aku tidak bersalah.." Mae Ri menunjukkan surat pernyataan tepat di depan wajah Mu Gyul.

"Apa itu surat pernyataan? Hey, kau sangat mengganggu." Mu Gyul menatap Mae Ri. "Dan sangat cute." Mu Gyul mencubit gemas pipi Mae Ri.

"Aish! Kau gila?" kata Mae Ri. "Perasaanku sedang tidak enak sekarang."

Mereka benar-benar mabuk berat.

"Dan kenapa itu buruk? kenapa? kenapa? kenapa?" tanya Mu Gyul

"Semua itu karena kau! Dan karena rumahku. Apa kau pernah berpikir betapa lelahnya aku hari ini?" Mae Ri kesal.

"Kau tidak boleh lelah..." balas Mu Gyul

"Kau gila?! Oh, my. Aku akan mati. Apa ini?" Mae Ri mencari Mu Gyul yang sudah tidak ada lagi di sampingnya. "Kemana dia pergi? Ahh.. Lupakanlah!"

"Baiklah, kau kekanak-kanakan, Aku menolak untuk terlibat dalam masalah ini. Aku menolak!" seru Mae Ri.
"Aku akan pulang ke rumah saja." Mae Ri benar-benar mabuk.

Mu Gyul datang dan ia memberikan tanaman yang diikat seperti bunga kepada Mae Ri. Mae Ri menerimanya.

"O, apa ini?" Mu Gyul memegang dahi Mae Ri dan ia melihat ada bekas luka yang cukup parah.

"Ini lukaku saat aku masih kecil." kata Mae Ri.

"Keliatannya seperti luka yang cukup parah. Itu pasti jadi masalah yang sangat komplek bagi seorang perempuan." kata Mu Gyul sok tahu.

"Aku tidak memiliki masalah yang kompleks. Dan itu bukan kenapa-napa karena aku memiliki poni yang bagus.. Ini gayaku." balas Mae Ri.

"Coba aku lihat."

"Tidak usah."

"Biarkan aku melihatnya. Wow, ini sangat cantik. " kata Mu Gyul seraya tersenyum.





"Apa?"

"Luka ini seperti yang ada di salah satu sihir.." Mu Gyul teringat sesuatu.

"Harry Potter?" jawab Mae Ri.

"Apa Harry Potter?" tanya Mu Gyul.

"Ahhh.. Dia adalah bagian dari jiwaku." ungkap Mae Ri.

"kemana dia pergi?" Mae Ri mencari Mu Gyul yang kembali menghilang. "Dia membawa hatiku pergi dan kemudian menghilang."



"ini sepertinya bukan kucing jalanan." Mae Ri melihat Mu Gyul tidur di trotoar jalan.

"Apa yang lakukan di jalan ini? Hey, kau... Bangun. Hey, wajahmu bisa lumpuh kalau kau tidur di sembarang tempat seperti ini." Mae Ri mencoba membangunkan Mu Gyul, ia sendiri juga sangat mabuk, kata-kata melantur kemana-mana.

"Aku benar-benar akan gila! Aku sangat lelah." Mae Ri menyandarkan kepalanya di bahu Mu Gyul. "Satu hari ini, aku merasa aku telah melakukan kegiatan selama tiga hari. Aku rasa aku akan mati juga." Mae Ri tertidur di samping Mu Gyul.


Pagi harinya. Mae Ri bangun, "Aku kedinginan. Aku pasti tidur tanpa selimut, semalam. Aaah.. Kepalaku sakit. Sepertinya, aku benar benar pingsan. Jam berapa aku kembali kemarin?" Mae Ri berkata pada dirinya sendiri.

Mae Ri tidak sadar kalau selimutnya dipakai oleh Mu Gyul, Mu Gyul ada di sebelahnya menggunakan selimut Mae Ri dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut itu.

"Apa ini?" Mae Ri mengambil daun-daun yang diberikan oleh Mu Gyul semalam. "Sebuah kepala selada?" Mae Ri ketakutan, ia tidak suka selada.


Mae Ri melihat gitar Mu Gyul, ia sangka dirinya yang mengambil gitar Mu Gyul membawanya pulang, padahal Mu Gyul sendiri yang menaruh gitar itu di situ.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku pasti mengambilnya ketika aku sedang mabuk, aku rasa. Ayy.. Setiap kali aku minum! " ungkap Mae Ri.

"Apa yang harus aku lakukan?" Mae Ri membuka sedikit tempat gitar Mu Gyul, ada foto seorang wanita tertempel di sana, "Apakah perempuan itu lebih tua darinya?" ucap Mae Ri saat melihat foto itu. Yaah.. pria itu pasti dikelilingi oleh banyak wanita."

"Apakah ia pulang ke rumah dengan selamat kemarin? Bagaimana aku akan mengembalikan ini kepadanya sekarang? Aku sangat mabuk kemarin, Aku tidak pernah mendapatkan informasi tentang tempatnya berada.Dia mungkin baik baik saja, kan?" Mae Ri mencemaskan Mu Gyul.

"Ahh.. aku tidak tahu.. Aku tidak tahu! Apa yang harus aku lakukan?" Mae Ri mengacak-acak rambutnya kemudian berbaring lagi.

Mae Ri mengambil handphone, "Hah!!" Mae Ri kaget saat melihat jam. Ia telat untuk datang ke suatu tempat.
Mae Ri bergegas mengambil tas, tapi kemudia ia menyadari dirinya yang tidak rapi. "Oh! Tapi seperti ini...?" 
Mae Ri melihat bajunya. "Kau bersih, kau sangat bersih!"



Mae Ri pergi ke tempat kerjanya, ia bekerja sebagai cleaning service di perusahaan yang hampir bangkrut. Mae Ri tengah membersihkan lantai, presiden direktur perusahaan lewat di dekatnya, ""Oh, presiden! Apakah kau mendapatkan informasi bahwa bank baik-baik saja?"  tanya Mae Ri dengan sopan.

"Miss Wi..." panggil presiden.

"Ya?"

"Datanglah ke kantorku untuk sebentar."

"Miss Wi... anda tidak telah melakukan kesalahan." ucap presiden direktur. "Maafkan aku, perusahaan hanya sedang mendapatkan posisi yang sulit sekarang. Dan aku tidak dapat mengusahakan untuk mengeluarkan salah satu karyawan kami, jadi apa yang harus kami lakukan? Jadi, kau yang harus meninggalkan perusahaan ini Miss Wi."


Mae Ri dipecat, ia tidak tahu alasan pasti kenapa ia dipecat. Mae Ri membawa semua barang-barangnya dari kantor ke rumah. Mae Ri terlihat sedih, ia kembali menghitung, "Satu.. Dua.. Lima.. Sembilan.. Sepuluh.." Mae Ri tersenyuum, "Benar, uang pembayaran itu tidak banyak dan aku hanya dapat melakukan hal kecil saja. Aku akan segera dapat pekerjaan lain, aku rasa seperti itu."

Mae Ri menghibur dirinya sendiri, "haruskah aku menonton sebuah drama di siang hari, untuk pertama kalinya setelah waktu yang lama? Oh! Ini salah satu yang aku lewatkan kemarin."



"Ahhh.. Itu pasti bau sekali sekarang." Mae Ri mencopot sepatunya. "Oooh.. So, itu akhirnya datang ke sini. Oh, my, oh my. Lihat dia! Kenapa ia melakukan peran seperti itu? Oh! Mereka tidak dapat melakukan itu." Mae Ri sibuk mengomentari drama yang ditontonnya, seraya membuka jaket.

Ketika hendak memasuki kamar mandi, Mu Gyul keluar dari kamar mandi. Dengan efek slowmotion, gaya Mu Gyul jadi terlihat amat memukau.


"Apakah kau tidak memiliki conditioner untuk rambut?" ucap Mu Gyul. Mae Ri masih terpesona, tapi kemudian ia sadar.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau bisa menemukan rumahku?" tanya Mae Ri.

"Kita datang bersama kemarin malam." jawab Mu Gyul.

"Bersama? Aku datang bersamamu?" Mae Ri tidak percaya.

"Kau tidur di jalan dan kemudian kau mengatakan bahwa kau harus segera pulang ke rumah, jadi aku membawamu." jawab Mu Gyul.

"Tapi kau seharusnya meninggalkan rumahku setelah mengantarkanku pulang." kata Mae Ri.


"Hey, aku juga sangat lelah." Mu Gyul membela diri.

"kau juga seharusnya meninggalkan rumahku setelah kau bangun! Kenapa kau masih juga di sini?" Mae Ri mencari alasan agar Mu Gyul segera pergi dari rumahnya.

"Aku baru saja bangun. Bagaimana bisa tidak ada conditionare rambut di rumah seorang gadis?" ucap Mu Gyul seraya berjalan, tangannya sibuk mengeringkan handuk.

"Jam berapa kau bangun tidur hari ini? Kau itu pria yang masih muda, kenapa kau tidak bekerja?" tanya Mae Ri.

"Aku tidak ada jadwal show hari ini." Mu Gyul menjawab.

"Ahh.. Baiklah, cepat dan pergi. Cepatlah." Mae Ri mendorong-dorong Mu Gyul keluar.

"Hey, rambutku belum dikeringkan." ucap Mu Gyul.

"Seseorang yang sudah memiliki kekasih tidak boleh bersikap seperti itu!" Mae Ri ingat tentang foto perempuan yang tertempel di tempat gitar Mu Gyul.

"Kekasih? " tanya Mu Gyul.

"Salah satu foto yang tertempel di gitarmu." jawab Mae Ri.

"Aahh.. So Young.." kata Mu Gyul.

"Aahh.." Mae Ri mengikuti intonasi Mu Gyul. "Kenapa kau tidak pergi ke rumahnya saja?" tanya Mae Ri. "Cepat! Please, cepatlah dan pergi dari sini!"

Tiba-tiba Mu Gyul merasa kesakitan.

"Apa yang salah?" Mae Ri panik.

"Pinggangku." Jawab Mu Gyul.

Mu Gyul menunjukkan bekas memar di daerah pinggangnya.

"Oh, My! Apakah ini karena kejadian kemarin?" tanya Mae Ri khawatir.

"Aku pikir ini karena tabrakan mobil kemarin," jawab Mu Gyul.

"Benarkah?"


Mae Ri mengobati Mu Gyul, ia mengoleskan obat di bagian pinggang yang memar.

"Kau sudah mengeceknya ke rumah sakit?" tanya Mae Ri.

"Ini tidak terlalu buruk." jawab Mu Gyul, ia sedang serius menonton televisi.

"Melegakan." ungkap Mae Ri.

Mae Ri berkata dalam hati, "Benar, kau bodoh. Kau menjadi seorang yang pengecut jika kau pergi ke rumah sakit dekat sini."

Mae Ri menekan bagian memar, Mu Gyul merintih kesakitan.

"Jangan terlalu keras." kata Mu Gyul.

"Ya." Mae Ri mengangguk.


Mae Ri berbicara dalam hati, "Aku tahu ini akan terjadi."

Aku seharusnya mendapatkan surat pernyataan darinya kemarin. Apa yang harus aku lakukan jika dia melaporkanku sebagai seorang yang menabraknya dan menyatakan bahwa aku melarikan diri darinya? Dan siapa sebenarnya orang ini?"

"Berapa umurmu?" tanya Mu Gyul

0 Komentar:

Posting Komentar