Sinopsis MSOAN - Episode 1 part 3
"Berapa umurmu?" tanya Mu Gyul.
"Aku 24 tahun." ucap Mary.
"Ahh.. Kita memiliki umur yang sama." jawab Mu Gyul.
"Apa?! Orang bodoh ini." Mae Ri kaget dan kesal. "Dan selama ini aku berbicara padanya dengan bahasa yang formal tapi dia begitu santai menanggapinya." Mae Ri bicara pada dirinya sendiri.
"Hentikan berbicara resmi di depanku." kata Mu Gyul.
"Tidak, tidak apa-apa. Aku tidak dapat berbicara dengan bahasa sehari-hari bila bersama orang lain, aku tidak merasa nyaman bila melakukan hal itu." Mae Ri menjelaskan. Mae Ri pikir, Mu Gyul itu lebih tua beberapa tahun darinya tapi ternyata mereka seumuran.
"Kau tidak merasa nyaman?" tanya Mu Gyul.
"Eh? Baiklah. Situasi kita saat ini memang sedang tidak nyaman satu sama lain." ungkap Mae Ri.
"Siapa namamu?" tanya Mu Gyul
"Wi Mae Ri.. Mae Ri." jawab Mae Ri.
"Mae Ri?" Mu Gyul berpikir, kemudian ia berkata, "Merry Chirsthmas?"
Mae Ri tidak suka kalau ada orang lain yang memanggilnya seperti itu, "Kata-katamu sangat menyebalkan. Itu sangat kekanak-kanakkan, nama kecilku saat aku kecil dulu, di sekolah dasar aku biasa dipanggil seperti itu."
"Jadi, begitu." kata Mu Gyul tidak peduli.
"Anyway, bolehkah aku bertanya sampai kapan kau berencana akan tinggal di sini?" Mae Ri ingin sekali rumahnya damai tanpa Mu Gyul.
"Well, aku kira, aku akan segera pergi sekarang."ungkap Mu Gyul.
"Benarkah?" Mae Ri senang mendengar hal itu. "Terimakasih.. Terimasih banyak!"
Saat Mu Gyul hendak bangun, ia merintih kesakitan hingga membuat Mae Ri panik.
"Di sini, seperti ini." ungkap Mu Gyul.
"Apakah ini sakit? Dimana? Dimana yang sakit sekarang?" Mae Ri panik.
"Disini, di pinggulku." jawab Mu Gyul seraya menunjuk ke arah pinggulnya.
"Apa yang harus aku lakukan?" Mae Ri masih panik.
"Mereka mengatakan bahwa setelah kecelakaan mobil adalah luka yang sangat parah." ungkap Mu Gyul.
"Apa yang harus aku lakukan?" Mae Ri tidak tahu harus bagaimana lagi.
Mae Ri sedang berbicara di telepon dengan temannya. Ia duduk di depan meja rias.
Mae Ri : "Dia benar-benar seorang penipu, dia menyuruhku untuk membalut jarinya. Apa yang harus aku lakukan?"
teman Mae Ri : "Itulah kenapa kau harus benar-benar menjaganya setelah kecelakaan. Bayar saja dendanya."
Mae Ri : "Hey, dan hanya tinggal di sini, aku akan mendapatkan banyak uang? Tolonglah aku teman."
teman Mae Ri : "Yah, kau yang menyetirkan kan? Disamping itu, asuransiku hanya mencakup kewajibanku saja. Ah, hanya uruslah dirimu sendiri saja. Kau sangat pintar dalam mengatur hal semacam ini karena ayahmu.
Kau baru saja ke neraka dan kau kembali lagi tahun yang lalu. Kenapa kau bertindak lemah sekarang?"
Mae Ri menundukkan kepala.
"Makhluk jahat. Aku benar-benar tidak dapat pergi seperti ini!" Mae Ri kesal pada Mu Gyul. "Aku tidak tahu. Lebih baik aku tidur. Aku tidak tahu. Aku tidak tahu." ungkap Mae Ri seraya berbaring di lantai.
"Ahh.. Sangat dingin." Mae Ri tidak bisa tidur, suara gitar Mu Gyul sangat menganggu. "Aku sangat lelah, jadi tidak ada cara lain selain tidur dengan semua keributan ini. Hey bodoh, haruskah aku memutus satu kabel gitar
ini?"
Ayah Mae Ri berjalan seorang diri tiba-tiba seseorang memanggilnya, "Hey, Wi Dae Han! Berhenti kau di sana!"
Ayah Mae Ri lari setelah melihat orang-orang itu.
"Yah, berhenti di sana! Hey, kau tidak akan berhenti? Hey, Wi Dae-Han! Aahh.. Hey, bodoh. Wi Dae Han.. ." seru orang itu seraya mengejar ayah Mae Ri.
"Aku sangat lelah, geez!" keluah Ayah Mae Ri. Ia berlari menuruni tangga.
"Hey, bodoh!" Orang-orang itu masih mengejarnya.
Ayah Mae Ri memberhentikan taxi. "Taxi.. Taxi.. Taxi.. Taxi.."
"Hey!"
"Nyalakan mobilnya, nyalakan mobilnya!"
Ayah Mae Ri menghentikan mobilnya, ia menyesuaikan tarif taksi dengan uang yang ia punya.
Ayah Mae Ri putus asa, ia berpikiran untuk mengakhiri hidupnya.
"Baik.. Aku tidak dapat pergi lebih jauh lagi, inilah akhir untukku." Ayah Mae Ri berdiri di tengah jalan.
"Hey, kau!" Satu mobil berhenti dan sang pengemudi keluar dari dalam mobil. Ia marah-marah. "Jika kau ingin mati, pergi dan lakukanlah dengan dirimu sendiri!"
Sekarang, cara kedua, Ayah Mae Ri mencoba untuk loncat dari jembatan ke sungai. "Terlalu menakutkan, apa yang harus aku lakukan? Ah, benar! Mae Ri Yah." Ayah Mae Ri mengurungkan niatnya, ketinggian jembatan membuatnya takut.
Mae Ri sedang berusaha untuk mencari pekerjaan, ia sedang menghubungi agen via telepon.
"Ah, ya, tapi aku akan mengambil cuti dari kuliahku. Aku hanya memiliki waktu yang tersisa di semester akhir. Ah, ya tentu saja, persiapan akademic adalah hal yang terpenting. Kita dapat berbicara tentang bagaimana cara pembayarannya ketika kita bertemu nanti? Ah, tentu saja, hal itu hanya sebuah ide. Satu jam untuk upah pekerjaan paruh waktu tidak akan aku lakukan, aku harus harus menutupi biaya hidupku dan kuliahku. Aahh.. benarkah?" Mae Ri mengeluh, ia sudah puluhan kali untuk menghubungi para agen untuk mendapatkan pekerjaan, tapi hasilnya, tak ada satupun yang menerima Mae Ri.
"Ya, aku mengerti." Mae Ri mengakhiri pembicaraannya di telepon.
"Kenapa ini sangat sulit?" Mae Ri mengeluh, ia menyandarkan diri ke tembok. Mae Ri memejamkan mata, ia tahu kalau Mu Gyul sudah bangun. Mae Ri mengetahui hal itu karena derap langkah Mu Gyul yang terdengar keras. Mae Ri mencoba untuk menebak apa yang sedang dilakukan Mu Gyul. "Dia baru saja bangun. ...Dia menuju kamar mandi.. Oh! Dia terlihat di dapur.. Mengambil panci.. Menempatkan panci dengan air di atas kompor... Membuka mie Ramen." Semua yang diperkirakan Mae Ri itu benar.
Mu Gyul menyantap ramen buatannya, Mae Ri hanya terunduk.
"Jadi, kapan kau akan pindah dari sini?" tanya Mu Gyul.
"Aku tidak akan pindah dari sini." jawab Mu Gyul seraya menyuruput ramen. "Apakah para penagih hutang telah mengambil semuanya?" Mu Gyul melihat keadaan ke sekeliling rumah Mae Ri.
"Bagaimana kau..?" Mae Ri heran, kenapa Mu Gyul bisa mengetahui hal itu.
Mae Ri melihat buku pelajarannya digunakan taplak oleh Mu Gyul. "Oh! Ini adalah sebuah buku dari mayor saya." Mae Ri mengambil buku itu.
"Kau mengambil cuti karena kuliahmu, benarkah?" Mu Gyul mencoba menebak.
"Bagaimana kau bisa tahu hal itu?" lagi-lagi Mae Ri terheran kenapa Mu Gyul bisa tahu semuanya.
"Karena aku juga melakukan hal yang sama." jawab Mu Gyul.
Mu Gyul menawarkan ramen pada Mae Ri. Awalnya Mae Ri enggan tapi karena itu adalah mie ramen terakhir dan perutnya sangat lapar, maka Mae Ri memakan ramen itu.
Mae Ri dan Mu Gyul berebut ramen.
"Ah! Tidak, tidak. Ini bagianku sekarang." Mae Ri memakan bagiannya.
"Ah, tidak. ..kau punya banyak kimchi atau tidak?" tanya Mu Gyul.
"Bagaimana aku bisa punya kimchi? Aku tidak punya kulkas." jawab Mae Ri seraya menyuruput mienya.
"Benarkah?" jawab Mu Gyul seraya mengambil ramen dengan sumpitnya, ia mengambil ramen yang banyak dari panci itu.
"Ini melanggar aturan, kau makan lebih banyak! Ini bagianku sekarang!" Mae Ri menarik panci kemudian mendekatkannya ke arahnya.
"Hey, aku yang membuat ini."
"Tapi, aku sudah tidak apapun sekarang!"
Perebutan ramen sudah selesai, Mae Ri mencuci piring tapi Mu Gyul malah bermain gitar.
"Dengarkan, Tuan "Hidup menumpang", musim panas sebentar lagi berakhir, kau tahu. Musim dingin akan segera datang dalam beberapa bulang, apakah kau sudah mempersiapkan hal itu?"
Mu Gyul tidak merespon apa yang Mae Ri ucapkan.
"Ada apa dengan pria ini?" Mae Ri kesal. "Lihat ke sini! Kau terlihat sangat baik padaku saat itu, jadi tinggalkan saja rumah ini."
Mu Gyul merespon dengan menunjuk ke arah memar di bagian pinggulnya.
"Itu hanya sebuah tanda Mongolia." jawab Mae Ri. "Apakah kau marah? "Maafkan aku, ini bukan mengenai hal bahwa aku tidak percaya padamu, tapi.. ini, lihat dirimu. Kau terlihat benar-benar baik di sini."
"Aku baik baik saja." jawab Mu Gyul.
"Apa?"
"Aku harus pergi sekarang."ucap Mu Gyul.
"Apakah kau merasa baikan sekarang? Apakah kau benar-benar akan pergi?" Mae Ri memastikan.
"Yeah, aku harus menghadiri pertunjukanku hari ini." Jawab Mu Gyul.
"Aahh.. Terima kasih banyak! Terima kasih banyak." Mae Ri senang.
"Ah, tunggu. Ini." Mae Ri menyerahkan kertas untuk ditanda tangani oleh Mu Gyul. "Tolong tanda tangan surat pernyataan pertanggung jawaban."
Mu Gyul menandatanganinya tanpa banyak bicara. kemudian Mu Gyul pergi.
"Terima kasih banyak! Terima kasih! Oooh.. Semua telah berakhir. Kau sungguh keren." teriak Mae Ri.
"Merry Cristhmas.." jawab Mu Gyul.
"Happy new year!" seru Mae Ri.
Para personel band berbicara tentang Mu Gyul, Mu Gyul sedang sibuk dengan dirinya sendiri, hahaa.. Oppa memilin-milin rambut.
"Dia harus melakukan hal ini lebih cepat dari yang aku pikirkan, ini sungguh sangat sulit untukku.."
"Ahh.. Benarkah, aku..."
"Omong kosong, siapa yang mengakhiri dari satu hari ke hari yang lain hanya seperti itu?!"
"Ah, aku tahu, hyung."
"KIta baru saja kehilangan sumber pendapatan kita."
"Ahh.. Tenanglah."
"Tidak ada lagi pertunjukkan dan ada juga suatu masalah pada kontrak palsu."
"Ini tidak seperti dia dapat tidur di sini dan di sana seperti seekor belalang."
"Itu kenapa aku merencanakan agar Mu Gyul dapat tinggal di rumahku tapi ayah dan ibuku.. datang secara tiba-tiba ke tempatku kemarin tanpa memberitahukanku terlebih dahulu."
"Ah, hyung.. Aku sudah mendapatkan seorang pacar"
"Kapan kau melakukannya?"
"Dimana kau melakukan chatting lagi?"
"Oh, hey, bagaimana denganmu, Re-Oh?"
"Teman sekamarku dan aku telah sepakat bahwa kami tidak akan membawa teman-teman untuk menginap."
"Ahh.. Ini sangat bodoh. Itulah kenapa kau tidak memiliki banyak teman."
Para fans menghampiri Mu Gyu, mereka meminta tanda tangan.
"Oppa, tolong berikan kami tanda tanganmu!" pinta salah satu band.
"Aigoo.. Aigoo.. mereka menyukai dia." teman seband Mu Gyul memperhatikan Mu Gyul dari jauh.
"Terima kasih. Apa yang harus dilakukan! Aku sangat menyukai lagumu, kami semua adalah penggemarmu." ucap fan Mu Gyul.
"Namamu?" tanya Mu Gyul.
"Min-Jung. Tidak dapatkah kau memelukku sekali saja?" pinta fan Mu Gyul.
"Ah, terimakasih. Ahh.. Apa yang harus aku lakukan?" Para fans yang lain menjerit, mereka sangat menyukai Mu Gyul.
Di bandara, Jung In dan ayahnya datang dari Tokyo, mereka dikawal ketat oleh beberapa orang.
"Kau telah kembali setelah dua puluh tahun.. Adakah tempat special yang akan kau kunjungi?" tanya Jung In pada ayahnya.
"Tempat special?" Ayahnya tidak tahu kemana tempat special yang harus ia kunjungi.
Jung In mengantarkan ayahnya sampai menaiki mobil.
"Kau akan langsung pergi ke kantor Chung Dam Dong, benarkah?" tanya ayahnya.
"Ya."
"Baiklah. Mengenai gadis yang kau pilih melalui foto waktu itu."
"Ya, ayah."
"Aku ingin President Song untuk ikut bersama kita untuk makan malam, jadi kalian berdua dapat melakukan lamaran."
"Aku akan menghubungimu segera, jadi bersiaplah."
Mobil mewah itu meninggalkan Jung In.
Tiba-tiba seseorang memanggil Jung In.
"Ayy.. Direktur, senang bisa bertemu denganmu lagi." orang itu mempersilakan Jung In untuk naik ke mobilnya.
"Lewat sini, silakan. Saat terakhir kali aku melihatmu, saat itu kau berumur 6 tahun. Itu artinya kau kembali ke Korea setelah 20 tahun, kan?" orang itu mengendari mobil yang dinaiki Jung In.
"Dapatkah aku melihat profilnya, aku akan memintamu untuk memilihnya?" Jung In meminta daftar profil artis yang ikut casting di rumah produksinya.
"Ah ya. Tunggu sebentar, please. Ini. Ini adalah beberapa pilihan orang-orang yang akan casting telah disiapkan oleh perusahaan."
"Terimakasih, PD." ucap Jung In.
"Tidak masalah."
Di pemakaman, Ayah Jung In membawa satu buket bunga dan ia berjalan menuju satu tempat. Ayah Jung In berjalan bersama dua orang pengawal yang mengikutinya. Ayah Mae Ri ternyata berhasil ditangkap oleh para penagih utang, ia tengah dipukuli dan ayah Jung In melihatnya.
"Ah, tidak. Lepaskan aku!" Ayah Mae Ri tidak bisa melawan.
"Kau tikus kecil, apakah kau akan pergi begitu saja? Ada masalah apa dengan tikus kecil ini?" seru penagih hutang itu.
"Aku akan mengembalikannya padamu, aku bilang aku akan mengembalikannya. Maafkan aku.. Maafkan aku." ayah Mae Ri merintih kesakitan.
"Hey, bodoh. Kau pikir kau dapat melarikan diri seperti seekor tikus dan membuat kami merasa kesulitan?"
"Ada apa ini?" pengawal Ayah Jung In datang menghampiri ayah Mae Ri. "Siapa orang-orang ini? Bodoh."
"Yah, kau bodoh." balas para penagih hutang.
"Hidungmu berdarah. Apakah kau baik-baik saja? Huh?" pengawal itu membantu Ayah Mae Ri.
"Kau, tunggu dan lihat.. Huh? Yah, Wi Dae Han! Ini adalah akhir, huh?" para penagih hutang lari.
Bersambung...
0 Komentar:
Posting Komentar