Sinopsis MSOAN - Episode 1 part 4
"Aku benar-benar tidak mengenal kalian, tapi terimakasih banyak. Terima kasih." ayah Mae Ri sangat berterima kasih kepada orang-orang suruhan ayah Ji San.
"Dae Han Ah!" panggil ayah Ji San dari arah belakang.
"Suk, Hyung?" Ayah Mae Ri senang sekali bisa bertemu dengan teman lamanya. "Hyung.. Hyung, apakah itu kau? Apakah ini benar-benar kau?"
Mereka saling berpelukan erat.
"Hyung! Sudah berapa lama kita tidak bertemu?"
Mae Ri duduk di halte bis, ia tengah menandai lowongan pekerjaan di sebuah koran. Mae Ri terlihat murung. Mae Ri menaiki bus, tapi kemudian ia menyadari kalau sudah tidak uang lagi di dompetnya, supir bus berkata, "kau mau naik atau tidak?"
"Tidak." jawab Mae Ri seraya turun dari bus.
Mae Ri berjalan kaki untuk bisa sampai di apartementnya, ia sangat kelelehan. Saat sampai di depan pintu, Mae Ri melihat banyak sekali surat tagihan yang datang dan beberapa note yang tertempel di pintu. Saat Mae Ri hendak masuk, ia melihat bibi-bibi yang tinggal di sebelahnya datang untuk menagih hutang ayahnya. Mae Ri langsung menutup pintu.
"Kau ingin bersembunyi dariku sekarang?! Sampai kapan kau akan menghindariku? Ini bukan hanya pinjamanmu yang telat, orang-orang penagih hutang itu terlalu berisik, aku tidak dapat hidup seperti ini. Ahh.. Aku tidak tahan lagi! Pindahlah segera!" teriak bibi itu.
Mae Ri sedih, ia mulai berhitung, "Satu.. Dua.. Tiga.. Empat... Lima.. Enam.. Tujuh.. Delapan.. Sembilan.. Sepuluh.. Sebelas.. Dua belas.." ucapnya seraya sesekali menyeka air mata yang jatuh.
"Ibu, tahun ini adalah tahun yang sangat sulit untukku. Aku tidak dapat mengunjungi mu di hari peringatan kematianmu hari ini. Dan aku tidak tahu pasti dimana ayah sekarang. Ibu, apa yang harus kami lakukan dengan rumah kita? Ibu, bantu aku. Ibu..." Mae Ri menangis. Cara Mae Ri nangis sama cara Eun Jo nangis, beda banget. Eonni keren sekaliii !
Terdengar suara bell, Mae Ri bangkit, ia mengira ayahnya yang datang. "Ayah? Apakah itu kau, ayah?"
Saat Mae Ri membuka pintu, Mu Gyul tersenyum ke arahnya dan berkata, "Merry Christmas!"
Mu Gyul mabuk berat, "Oh, bau sekali alkohol!" ucap Mae Ri seraya menutup hidungnya. "Kenapa kau mabuk?"
"Hey, kenapa kau menangis?" tanya Mu Gyul.
"Tentu saja tidak! Siapa yang menangis?" jawab Mae Ri seraya menyeka sisa air matanya. "Ada apa lagi ini?"
"Apa yang kau katakan?" Mae Ri mengambil surat pernyataan. "Lihat ini! Kau sudah menandatangani surat pernyataan bahwa aku tidak bersalah. Jadi ancamanmu tidak akan ada gunanya lagi."
"Aku tidak mengancammu, geez.." jawab Mu Gyul.
"Ini." Mu Gyul memberikan amplop.
"Apa ini?" Mae Ri membuka amplop itu. "Oh! Uang."
"Sebuah ruangan kosong. .. kau punya kan?" tanya Mu Gyul.
"Inikah alasanmu kenapa kau datang ke rumahku?" Mae Ri kesal.
"Yeah, di sini sangat nyaman." kata Mu Gyul.
"Apa yang kau katakan? Nyaman?"
"Apa yang bisa aku katakan? Kau seperti saudara perempuanku."
"Saudara perempuan? Ah pria ini."
"Jangan khawatir, aku tidak akan tinggal di sini lebih dari seminggu."
"Kalau tidak, aku akan sangat bosan dan lelah karena hal itu."
"Apa arti perasaan itu? Ini benar-benar melelahkan, gadis-gadis biasanya mengakhiri setelah memintaku untuk menikahinya setelah beberapa minggu." ucap Mu Gyul.
"Hey, hal itu tidak akan terjadi padaku." Jawab Mae Ri kesal. "Bukankakh, kau harus pergi ke gadis itu, So Young, bukannya kau memerlukan tempat untuk tinggal. Cepat, bangun! Ayolah cepat!"
"Hey, So Young Ah sudah menemukan prianya yang baru." Mu Gyul enggan untuk bangun.
"Aku tidak peduli apakah So Young mendapatkan kekasih baru atau tidak.."
Ayah Mae Ri datang, ia mengetuk pintu.
"Siapa?" tanya Mae Ri.
"Mae Ri Yah, ini ayahmu! Apakah ada orang di dalam?" jawab Ayah Mae Ri.
"Kau tinggal dengan ayahmu?" kata Mu Gyul yang mabuk.
Mae Ri menarik Mu Gyul dan membawanya ke dekat jendela. "Loncat!" Mae Ri menyuruh Mu Gyul untuk loncat.
"Karena ini hal yang darurat! Cepat!" jawab Mae Ri.
"Tapi ini sangat dingin, dan anginnya sangat kencang." Mu Gyul kedinginan.
"Lakukan dengan cepat! " kata Mae Ri.
"Apa yang terjadi? Mae Ri Yah! Mae Ri Yah! Apa yang terjadi. Aku pulang. Mae Ri Yah!" Ayah Mae Ri menggedor-gedor pintu.
Karena Mu Gyul tidak mau loncat dari jendela jadi Mae Ri membawanya ke kamar mandi. Mae Ri mengunci Mu Gyul di dalam kamar mandi.
Mae Ri membuka pintu.
"Ceritakan padaku? Apa yang terjadi?" Tanya Ayah Mae Ri.
"Tidak ada." jawab Mae Ri mencoba bersikap wajar. "Ini hanya aku yang bertengkar dengan penagih hutang di telepon."
"Apa? Mereka mendapatkan nomor teleponmu sekarang? Ooh.. Mae Ri.." Ayah Mae Ri memeluk Mae Ri.
"Mae Ri Yah, kita akan bisa membayar hutang-hutang itu." Ayah Mae Ri berkata dengan riang.
"Apa yang kau katakan?" Mae Ri tidak mengerti apa yang ayahnya katakan.
"Ayah, kau melakukannya lagi bukan?" Mae Ri kira ayahnya ikut berjudi atau berhutang kepada pihak yang lain.
"Yeah. Aku melakukaknnya. Aku mendapatkan Jackpot!" Ayah Mae Ri tersenyum lebar. "Kau akan menikah dengan pengusaha yang sangat kaya raya sekarang, jadi aku akan dapat membayar semua hutangku dan kau akan menjadi wanita yang anggun dan kaya."
"Kau lihat, aku dulu sangat dekat dengan pria yang sangat kaya yang berasal dari jepang. Yang sekarang kau akan menikahi anak laki-lakinya." ucap Ayah Mae Ri.
"Ayah, ada apa sebenarnya? Kau berbicara seperti kita sedang ada di sebuah drama atau apalah."
"Kenapa? Aku hanya mengatakan kalau kau akan menikah dengan seorang pengusaha yang sangat kaya, di samping itu juga kau juga tidak punya kekasih kan?"
Mae Ri dan Ayahnya mendengar suara gemericik air dari kamar mandi tempat Mu Gyul disembunyikan oleh Mae Ri. Mae Ri dan Ayahnya sama-sama merasa kaget.
"Suara apa itu?" tanya Ayah Mae Ri.
"Suara apa maksudmu? Semuanya terdengar sangat tenang di sini." Mae Ri berlari ke depan pintu kamar mandi, dan ia mencoba untuk menutupi pintu itu.
Ayah Mae Ri berusaha untuk mendobrak pintu kamar mandi itu. Mae Ri panik, ia mencoba untuk mengalihkan pandangan ayahnya.
"A.. Ayah suara itu berasal dari ini! Berasal dari sini, ayah!"
Saat kamar mandi berhasil di buka, Ayah Mae Ri terkejut, ia melihat Mu Gyul berada di dalam kamar mandi. Mu Gyul malah tersenyum ke arah Ayah Mae Ri, ia merasa tidak bersalah.
Writer : Queen Bee
Edited & Shared : Dama Asia Lovers
Edited & Shared : Dama Asia Lovers
0 Komentar:
Posting Komentar