Sinopsis MSOAN - Episode 2 part 2
Selesai tampil, Mu Gyul berbicara dengan manager tempatnya tampil. Manager memberikan Mu Gyul sebotol air.
"Nah, ini. Aku hanya tertarik untuk mendengarmu sebagai penyanyi solo." kata manager.
Mu Gyul paling tidak suka kalau ada orang-orang yang menginginkan terpisah dari bandnya.
"Ah, benarkah! Karena perasaanmu begitu jatuh, cepat pergi dan lakukan sesuatu untuk mengembalikan mood kita." suruh salah satu teman Mu Gyul pada temannya yang lain.
"Hey, Moo Gyul Ah.. Kau bahkan sering sekali mendapatkan keuntungan dari manager tapi kau malah menolaknya karena kami." ungkap salah satu teman Mu Gyul. "Maafkan aku, aku rasa kita telah menghalangi jalanmu untuk meraih masa depat yang lebih sukses."
"Apa yang kau katakan? Aku menolaknya karena bayarannya sangat buruk." jawab Mu Gyul.
"Jangan mencoba menyangkalnya."
"Ah, aku bilang padamu itu tidak benar. Kami berdua yang memutuskan hal itu."
"Benarkah?"
"Ahh.. Pria tampan dan setia ini.. Hey, biarkan aku membawa gitarmu!" ucap teman Mu Gyul.
Hyung ada telepon untukmu.
"Apa yang kau katakan?" salah satu teman Mu Gyul mendapat telepon dari Mae Ri. Mae Ri menelpon dengan menggunakan ponsel Mu Gyul yang tertinggal di rumahnya.
"Hey, Kang Mu Gyul, teleponmu lagi?" kata teman Mu Gyul.
"Hello?" Mu Gyul memberi salam.
Dari kejauhan, Mae Ri melihat Mu Gyul dan bandnya sedang bernyanyi-nyanyi di pinggir jalan.
"Ada apa dengannya? Dia sedang mabuk lagi di tengah hari seperti ini." kata Mae Ri.
"Merry Chirstmas!" sapa Mu Gyul pada Mae Ri yang baru saja datang.
"Oh, kakak perempuan tiriku!" ucap teman-teman Mu Gyul yang lain dengan serempak. "Hai!"
"Kenapa kau memanggilku kakak?" tanya Mae Ri dengan polosnya.
"Karena kami dengar kau menghabiskan malam dengan Mu Gyul kemarin." jawab teman Mu Gyul. "Benarkah?!"
"Yah Bukan kemarin, tapi dua hari kemarin." seru Mae Ri.
"Dua hari kemarin! Kakak!" ledek teman-teman Mu Gyul.
"Menikah, menikah!" sorak teman-teman Mu Gyul.
"Tidak masalah. Aku hanya akan mengembalikan barang-barangmu dan kemudian aku akan pergi.
Tapi sebelum itu.." ucap Mae Ri seraya menaruh gitar dan handphone milik Mu Gyul di dekat Mu Gyul.
"Ini." Mae Ri mengembalikan uang yang pernah diberikan Mu Gyul untuk biaya sewa kamar.
"Apa ini?" tanya yang lain.
"Kau memberikan aku ini kemarin, tapi karena kau tidak menginap, aku harus mengembalikannya." kata Mae Ri.
"Tapi aku sudah tidur lebih dari semalam sebelumnya." jawab Mu Gyul.
Mae Ri malu, ia menutup wajahnya dengan amplop yang diberikan Mu Gyul.
"Oi, kau punya sesuatu untuk dimakan!" ujar Mu Gyul saat Mae Ri beranjak pergi.
"Apakah kau kabur dari rumah?" tanya Mu Gyul.
"Ah, benar! Ada apa dengan orang ini.... Apa kau seorang yang bisa membaca pikiran atau sesuatu?" kata Mae Ri.
Mu Gyul dan teman-temannya tertawa mendengar pernyataan Mae Ri.
"Benarkah? Yah, berapa umurmu untuk bisa kabur dari rumah?" tanya Mu Gyul, ia masih terbahak.
"Ini pertama kalinya aku kabur dari rumah!" ujar Mae Ri.
Mu Gyul menghampiri Mae Ri.
"Sebentar.. Kau menulis surat kalau kau kabur, benarkah?" tanya Mu Gyul.
"Bagaimana kau tahu hal itu?" tanya Mae Ri.
"Aku akan benar-benar gila." Mu Gyul tertawa terbahak, Mu Gyul pikir betapa polosnya Mae Ri.
Mu Gyul memegang kepala Mae Ri dengan gemas. "Yah.. Kau sangat cute."
"Ah, apa yang kau lakukan?" kata Mae Ri mencoba melepaskan tangan Mu Gyul dari kepalanya.
Di sebuah restaurant kaki lima (lho, warung pinggir jalan.)
"Permisi, kakak! Kau tahu, aku sangat mengenal Mu Gyul. Kau memiliki mata yang bagus, wow! Aku juga berpikiran sama. Matanya sangat cute. Very Cute." teman-teman Mu Gyul dan Mu Gylu sendiri sedang mabuk berat.
"Terima kasih." ucap Mae Ri.
"Mae Ri Yah, apa yang terjadi?" tanya So Ra.
"Siapa yang akan menghentikan ayahmu sekarang? Sepertinya ini akan menjadi masalah.." ujar teman Mae Ri.
"Bukankah itu pria gelandangan di Hong Dae, kan?" ucap teman Mae Ri ketika melihat Mu Gyul bersama teman-temannya. "Wow, dia lebih tampan kalau di lihat dari dekat. Harusnya aku menabraknya lagi dengan mobil jadi aku dapat mengakhiri semua ini di sini."
"Huh?"
"Bolehkah aku menginap di rumahmu sekarang?"
"Yeah, tentu saja."
"Tapi, aku harus menelpon ayahmu karena aku yakin dia sangat mengkhawatirkanmu."
"huh?"
"Permisi, aku akan pergi sekarang." pamit Mae Ri pada Mu Gyul dan teman-temannya. Good Bye!"
Tapi, teman-teman Mu Gyul malah mengajak teman-teman Mae Ri untuk ikut bergabung bersama mereka.
"Ah, aku mohon silakan duduk." ucap salah satu teman Mu Gyul.
Tapi, teman-teman Mu Gyul malah mengajak teman-teman Mae Ri untuk ikut bergabung bersama mereka.
"Ah, aku mohon silakan duduk." ucap salah satu teman Mu Gyul.
"Memang, suasana di sini sangat bagus." jawab teman Mae Ri.
"Tapi, aku ingin pulang ke rumah." kata Mae Ri.
"Heloo..!"
"Oh, benarkah.. Apa yang harus aku lakukan?" ungkap kedua teman Mae Ri saat duduk di samping Mu Gyul. "Benar-benar tampan. Itu mobilku, kau tahu.Aku adalah penggemarmu, dapatkah kau memberikanku tanda tanganmu? Oh, aku.. Aku juga."
Salah satu teman Mu Gyul memecahkan botol.
"Dia benar-benar mabuk, biasanya dia tidak melakukan hal ini." kata Mu Gyul.
"Hey, kau wanita-wanita hanya dapat melihat Mu Gyul? Apakah hanya dia yang ada di band kita?" ungkap teman Mu Gyul itu. "Hey, one, two, three, tidak dapatkah kalian melihat kami? Ahh.. Aku rasa tidak. "Lepaskan aku.. lepaskan.. Yah, aku sakit dan lelah menjadi bayang-bayang Mu Gyul. Aku tidak dapat melakukan hal ini lagi.""
"Hyung, kau mabuk." salah satu teman Mu Gyul mencoba menenangkan.
"Maafkan aku, Hyung. Ini, silakan diminum." ucap Mu Gyul seraya memberikan satu gelas botol. Mereka sama-sama mabuk.
"Tidak apa-apa, bodoh. Yah, apakah kita benar-benar sebuah band yang nyata? Kita tidak bisa bernyanyi, kita tidak bisa memainkan alat musik. Yah, kita bubar saja, apa gunanya?!"
"Kenapa kau berbicara seperti itu." teman yang lain membela Mu Gyul.
Dan terjadilah pertengkaran.
"Oh, my.. oh, my.. oh my!" kedua teman Mae Ri panik karena teman-teman Mu Gyul saling memukul satu sama lain, kecuali Mu Gyul. Mu Gyul hanya duduk dan menikmati minumannya.
"Hey,"
"Kau udang kecil. Lihatlah caramu berbicara pada Mu Gyul!"
"Okey, kita akan menyelesaikan ini dalam satu cara. Cepat keluar."
"Hey, kemana kita akan pergi?! Apa yang harus dilakukan?" Mae Ri panik, ia menghampiri Mu Gyul yang diam saja.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau hanya akan duduk di sini?" Mae Ri menarik paksa tangan Mu Gyul.
"Aku baik-baik saja." ucap Mu Gyul
Akhirnya Mu Gyul bangkit menuju ke luar restaurant dimana pertengkaran itu berlangsung. Mu Gyul tidak terlibat ia hanya duduk di tangga dan menonton.
"Cepatlah bantu mereka!"
"Ahh.. sangat berisik."
"Lakukan sesuatu untuk itu." bujuk Mae Ri.
"Aku tidak suka pertengkaran, aku hanya ingin kedamaian." jawab Mu Gyul seraya meneguk minumannya.
"Apa yang baru saja kau katakan? Aku akan gila." Mae Ri kesal, ia duduk di samping Mu Gyul.
"Bukan Christmas, tapi Mae Ri. Mae Ri." jawab Mae Ri kesal.
"Bukankah aku mengatakan hal seperti itu tadi? Ma.. Mae Ri? Bukankah itu nama seekor anjing." kata Mu Gyul.
"Kekanak-kanakan. Anak-anak di sekolah dasar yang akan mengatakan hal itu. Lagi pula, kalau aku seekor anjing kau itu kucing jalanan." balas Mae Ri. "Kau benar-benar aneh, benar kan?"
"Yah, kau sangat cute." ucap Mu Gyul seraya mencubit pipi Mae Ri dengan gemas.
"Kyaa..!! Apa yang kau pikirkan?!" kata Mae Ri mencoba melepaskan cubitan Mu Gyul.
Tiba-tiba polisi datang dan semuanya menjadi panik, termasuk Mu Gyul. Mu Gyul yang sedari tadi tenang, mendengar alarm mobil polisi ia langsung lari. Sedangkan Mae Ri hanya berdiri mematung tidak mengerti, Mae Ri mengangkat tangannya.
"Polisi.. Apa-apaan ini?" ucap orang-orang di sekeliling.
"Apa yang kau lakukan.." Mu Gyul ingat Mae Ri, ia menghentikan lari kemudian kembali pada Mae Ri, lalu menggenggam paksa tangan Mae Ri dan mengajaknya berlari. Sweet.
Yaah,, sepanjang jalan Hong Dae, Mae Ry dan Mu Gyul berlari cepat. Cukup dramatis.
"Kenapa aku selalu mengakhiri semuanya seperti ini ketika aku datang ke Hong Dae?" ucap Mae Ri ketika mereka sudah jauh dari polisi.
Ketika berjalan di salah satu gang di Hong Dae, tanpa sengaja Mae Ri menabrak seseorang.
"Ah, maafkan aku. Maafkan aku." Mae Ri meminta maaf pada pria yang tidak sengaja ia tabrak.
Begitu juga dengan Mu Gyul, Mu Gyul mengikuti Mae Ri meminta maaf "maaf." ucapnya.
"Ada apa dengan orang bodoh ini? Kau laki-laki atau perempuan?" tanya pejalan kaki itu dengan tidak sopan pada Mu Gyul.
"Ayo pergi." Mu Gyul menggandeng Mae Ri. Ia benar-benar tidak ingin terlibat perkelahian.
"Ayo pergi." Mu Gyul menggandeng Mae Ri. Ia benar-benar tidak ingin terlibat perkelahian.
"Tapi.." ucap Mae Ri, Mae Ri rasa seharusnya Mu Gyul tidak terima dibilanng seperti itu.
"Hey! Kemana kau pergi setelah menabrak seseorang?" teriak orang-orang itu.
"Mereka mabuk, tidak ada gunanya membuat kesepakatan dengan mereka." ucap Mu Gyul bijak.
"Apa ini? Orang-orang itu berlebihan." Mae Ri tidak suka dengan sikap mereka, ia menghentikan jalannya dan mencoba untuk menghadapi dua orang mabuk itu, tapi Mu Gyul tetap mengenggenggam tangannya.
"Aku tidak ingin berkelahi. Cepat pergi." kata Mu Gyul.
"Tapi mereka mengejekmu tanpa alasan. Apakah kau baik-baik saja dengan hal itu?" tanya Mae Ri.
"Hmm.. aku baik-baik saja.." Mu Gyul mengangguk, kemudian ia mengejek Mae Ri, "Mow mow"
"Ah, orang ini! Benar-benar! Yaw!!" Balas Mae Ri.
Mu Gyul tertawa senanng.
"Orang bodoh ini sedikit tidak beruntung." ejek orang yang mabuk tadi.
"Aku bilang kau orang bodoh yang tidak beruntung. Kenapa?"
"Okay, aku mengerti. Aku mengerti. Lihat ke sini. Ke sini!" Mu Gyul marah, ia langsung memukul wajah orang itu.
Daan.. semua berakhir di kantor polisi
Kedua teman Mae Ri dan kedua teman Mu Gyul berada di kantor polisi, mereka sedang diinterogasi. Kemudian, polisi membawa masuk orang yang dipukuli Mu Gyul. Tentu saja Mu Gyul dan Mae Ri harus ikut ke kantor polisi untuk men-clearkan masalah.
"Cepat!" perintah polisi pada orang yang dipukuli Mu Gyul.
Teman-teman Mae Ri dan Mu Gyul melihat mereka datang.
"Mu Gyul Hyung!" ucap mereka bersamaan. "Mae Ri Yah!"
"Hey, apa yang terjadi?" "Aku tidak yakin, aku tidak yakin." "Semua orang diam sekarang!" "Mereka terlihat baik-baik saja, geez.." ujar teman-teman Mae Ri dan Mu Gyul. Mae Ri dan Mu Gyul hanya diam. Mu Gyul sedang kesakitan, tangan bekas memukul orang itu mulai memar.
"Hey, Mu Gyul Ah, atasi ini dan cepat keluar agar kita bisa minum bersama lagi!" ucap salah satu teman Mu Gyul. Aku akan menunggumu diluar!"
Dua orang yang mabuk itu duduk tak jauh dari tempat Mae Ri dan Mu Gyul duduk.
"Ahh.. Hidungku sakit sekali. Lihat itu.. Lihat itu.. Lihat..." ucap salah satu dari mereka yang menunjukkan luka di hidungnya pada polisi.
"Aku melihatnya!" ucap Mu Gyul.
"Wow, hidungnya akan segera membaik, jika dia masih ingin berbicara seperti itu. Dia pasti salah satu korban dari sebuah kecelakaan yang fatal. Apa yang akan kau lakukan sekarang, jika dia bertindak seperti itu?" tanya Mae Ri pada Mu Gyul.
"Aku akan tidak akan membuat kesepakatan dengannya." jawab Mu Gyul.
"Lalu, Apa yang akan kau lakukan untuk selanjutnya?" tanya Mae Ri.
"Atau lebih tepatnya, kau bilang kau tidak suka perkelahian, kau ingin perdamaian kan? Kau merasa tidak apa-apa dengan ejekan mereka tapi kau sangat tidak terima saat mereka berkata betapa tidak beruntungya kau? Apakah ada sesuatu yang terjadi sebelumnya?" Mae Ri kesal. Tapi Mu Gyul hanya melipat tangannya di dadannya.
Polisi datang dan memberitahukan hal pada mereka.
"Murid, kau harus bisa menjaga dirimu sendiri. Korban di sini bukan sebuah lelucon, cepat katakan padanya bahwa semua ini adalah kesalahanmu." saran polisi itu. "Jika kau tidak puas dengannya di sini, masalah akan ditangani oleh polisi."
"Aku tidak akan berdamai dengannya." jawab Mu Gyul. Harga dirinya lebih penting dari apapun.
"Ah, Ya ampun.." keluh polisi.
"Ahjusshi, aku yang akan berbicara padanya." ujar Mae Ri.
"Kau yang melakukannya? Lakukanlah." kata polisi.
Mae Ri bangkit dari duduknya lalu menghampiri dua orang itu.
"Maafkan aku." ucap Mae Ri seraya membungkuk. "Aku benar-benar minta maaf."
"Hey, tidak masalah, ayo cepat ke sini." Mu Gyul menyuruh Mae Ri untuk tidak melakukan hal itu.
"Siapa ini? Pacarmu?" tanya salah satu dari mereka. "Katakan padanya untuk datang ke sini bukan malah menyuruhmu untuk menghampiri kami. Dasar orang bodoh yang tidak beruntung."
Mu Gyul marah, ia mencoba untuk memukul orang itu, "Kau yang bodoh." bentak Mu Gyul.
"Sayang! Sayang!" Mae Ri memanggil Mu Gyul dengan sebutan itu. Hahaa. Hal ini dilakukannya agar Mu Gyul berhenti.
Yap, Mu Gyul terkesiap di panggil seperti itu oleh Mae Ri.
"Bisakah kau datang ke sini sebentar saja?" tanya Mae Ri gugup, seraya menarik tangan Mu Gyul. Mae Ri membawa Mu Gyul ke tempat lain.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Mu Gyul.
"Dilihat dari semua kejadian ini, aku pastikan bahwa kita pasti berada di posisi yang kurang menguntungkan." ujar Mae Ri.
"Aku katakan padamu bahwa aku tidak akan berdamai dengannya." Mu Gyul tetap pada pendiriannya.
"Well, Aku punya rencana. Tapi pertama, kau mengepalkan tangan kananmu." Mae Ri menyuruh Mu Gyul mengepalkan tangan kanannya.
"Apa yang kau katakan?" Mu Gyul tersenyum mengejek.
"Cepat lakukan dan coba saja."
Mu Gyul akhirnya mengikuti apa yang disuruh oleh Mae Ri, ia mengepalkan tangannya.
"Sekarang, letakkan dekat dengan wajahmu." komando Mae Ri.
Mu Gyul mengikutinya. Daaaaan, Mae Ri segera mendorong kepalan tangan Mu Gyul dengan keras hingga memukul bagian wajah Mu Gyul sendiri.
Mu Gyul kesakitan. Hidung Mu Gyul berdarah, ia terkena pukulan 'sengajanya' sendiri. Hahhaaa
"Ini berhasil!" Mae Ri malah bertepuk tangan melihat hidung Mu Gyul berdarah. "Sekarang kedua sisinya sudah terluka jadi kau tidak perlu menyelesaikan apapun lagi! Aku pernah melakukan hal ini, karena ayahku, jadi aku tahu bagaimana cara kerjanya. Percaya padaku."
Teman-teman Mae Ri senang sekali, karena Mae Ri berhasil membantun Mu Gyul keluar dari masalah.
"Kenapa kelakukanmu seperti ini, benar-benar?! Kau biasa menyelesaikan masalahmu seperti itu. Yeah, biasanya, seperti itu. Yeah, kau hebat. Mae Ri Yah kita telah kembali dari kantor polisi karena ayahnya. Hyung, kau seharusnya menikahi seseorang seperti dia. Apa yang ayahmu lakukan saat ini? Ah, hanya hal-hal.. Okay, ayo kita minum-minum. Tepat! Ayo! Soju dan beer terdengar enak. Tapi akhir-akhir ini aku sudah terlalu banyak minum beer." Mereka saling bersorak dan berbicara sangat ribut.
Mae Ri hanya tersenyum mendengarnya, sedangkan Mu Gyul masih sibuk dengan hidungnya yang mimisan. Teman-teman mereka pergi mendahului, Mu Gyul dan Mae Ri berjalan santai.
"Kau baik-baik saja?" tanya Mae Ri.
"Yeah.. Tapi, kenapa kau membantuku?" Mu Gyul balik tanya.
"Karena aku bersamamu saat kejadian itu. Apakah kau tau, karena cinta, harapan dan kepercayaan , menurutmu mana hal yang paling penting?" tanya Mae Ri.
"Cinta?" Mu Gyul kira cinta.
"Bukan, itu sebuah loyalitas." jawab Mae Ri.
"Lalu.." tanya Mu Gyul. "Kau harus lebih nyaman.."
"Tentang apa?" tanya Mae Ri.
"Berbicara dengan bahasa informal. Kau katakan kau tidak merasa nyaman dengan seseorang kalau tidak berbicara bahasa formal."
"Aku kira begitu." jawab Mae Ri. "Well, aku berhasil karena aku telah berpura-pura menjadi pacarmu. Tapi, kau tahu, aku benar-benar kasihan dengan gadis yang akhirnya akan menikah denganmu."
"Aku tidak pernah menikah." jawab Mu Gyul datar.
"Benar, jangan. Kau senang minum-minum, kau memiliki banyak wanita di sekitarmu, kau membuat musik, kau sangat tampan, kau pemalas dan temperamenmu sangat buruk. Aaahh.. Kau adalah salah satu tipe suami yang terburuk." jelas Mae Ri panjang lebar.
"Oh, itu aku." Mu Gyul menggaruk-garuk kepalanya, ia sadar kalau yang disebutkan Mae Ri itu benar. Hahai.
Telepon Mae Ri berdering. Mu Gyul yang membawakan tas Mae Ri memberikan ponselnya yang ia ambil dari dalam tas. Mae Ri melihat layar handphone, ternyata ayahnya yang menelpon.
"Ah, ayahku menelpon. Aku tidak akan menjawabnya." Mae Ri memberikan handphone itu pada Mu Gyul.
"Yeah, ada 30 panggilan tidak terjawab." ujar Mu Gyul.
"Benarkah? Aahh.. apa yang terjadi dengan ayah?" Mae Ri panik.
"Mungkinkah kalian berkelahi karena aku?" tanya Mu Gyul.
"Tidak, bukan begitu." Jawab Mae Ri.
Mu Gyul menggaruk-garuk kepalanya tidak mengerti, kemudian ia pergi meninggalkan Mae Ri. So Ra Yah datang menghampiri Mae Ri.
"Mae Ri Yah, apa yang kau lakukan?" tanya So Ra. "Apakah ini ayahmu?"
Mae Ri mengangguk.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Mae Ri.
"Kenapa? Apa yang ia katakan?" tanya So Ra.
"Karena aku lari dari pertunangan, ia menginginkanku untuk langsung menikah dengan pria pilihannya."
"Dan aku tidak bisa menghubungi ayahku sekarang. Aku pikir, kabur adalah hal yang terburuk. Apa yang harus aku lakukan, So Ra Yah?"
Mae Ri dan Mu Gyul dan juga semua sahabat mereka berkumpul di taman. Mereka sedang membicarakan masalah Mae Ri dan ayahnya.
"Kau selalu menderita karena ayahmu. Jika ayahmu sangat menyukainya, ia harus menikah dengan ayahmu." jelas salah satu sahabat Mae Ri.
"Dia bilang, tidak ada alasan bagiku untuk tidak menikah karena saat ini aku juga tidak punya seorang kekasih. Apakah itu masuk akal?" tanya Mae Ri pada yang lain.
"Aku tahu kenapa ia melakukan hal ini? Apa yang akan dia lakukan jika aku punya seorang kekasih?"
"Ah, Mae Ri Yah!!"
"Cepat katakan pada Ayahmu."
"Kau sudah memiliki seseorang yang kau cintai!"
"Bagus! Katakan saja ada seseorang yang ingin menikahimu!"
"Bingo! Bingo!"
"Tentu tidak, hal itu hanya akan membuat ayahnya melakukan pernikahan yang lain dengan cepat, ""kau tidak bisa melihat hal itu?"
"Lalu kenapa kalian tidak langsung menikah saja?"
"Menikah?"
"Apa yang kau katakan? Menikah?"
"Ey, kau harus segera melangsungkan pernikahan."
"Memang, lakukan saja dengan cepat."
"Itu tidak masuk akal." jawab Mae Ri atas semua komentar teman-temannya.
"Atau yang lain, kirimkan foto wedding kalian saja sebagai bukti."
"Itu kedengaran lebih bagus."
"Good. Good."
"Sebuah foto.. Sebuah foto!"
"Mae Ri Yah!"
Perdebatan selesai, keputusan yang diambil adalah, mengambil foto pernikahan palsu lalu mengirimkannya pada ayah Mae Ri.
"Ahjusshi, tolong ambil gambar dari jarak yang agak jauh, agar wajah kami tidak begitu terlihat." ujar Mae Ri.
Saya heran, Mae Ri sama Mu Gyul yang nikah, yang heboh temen-temennya.. Kyaahaaaha..
Mae Ri menuliskan sebuah sms untuk ayahnya.
"Ayah, maafkan aku, tapi aku sangat mencintainya. Jadi, kami telah menikah."
Yang lain bersorak karena misi mereka berhasil.
"Hey, ayo makan. Ayo makan."
"Yeah, ayo kita makan sesuatu!"
"Soondae, soondae!"
"Tidak-tidak, tidak!"
"Ok, cukup ikuti aku."
"Aku ingin maka tofu sup yang pedas."
Lagi-lagi semua teman-teman Mae Ri dan Mu Gyul meninggalkan Mae Ri dan Mu Gyul.
"Anyway, Thanks." ujar Mae Ri seraya tersenyum. "Aku berutang padamu setelah semua ini."
"Selain itu, kau tidak bisa melihat muka kami di gambar itu."
"Ayahku pasti sudah itu kalau di foto itu adalah kau dengan melihat gayamu saja."
"Lalu, kau tidak harus kabur lagi?"tanya Mu Gyul.
"Tidak." Mae Ri menggeleng cepat. "Aku akan kembali saat ayahku putus asa. Untuk sekarang, aku akan tinggal di rumah temanku untuk kerja paruh waktu. Dan saat pernikahan dibatalkan aku akan menceritakan hal yang sebenarnya pada ayah."
"Aku tahu." ucap Mu Gyul.
Kedua teman Mae Ri dan Mu Gyul datang untuk mengajak mereka sarapan.
"Mae Ri Yah, ayo kita sarapan. Kita harus bekerja nanti." ajak teman Mae Ri.
"Benar hyung, cepat. Aku juga sangat lapar." ajak teman Mu Gyul.
"Aku lelah. Aku hanya ingin tidur di tempatmu." jawab Mu Gyul.
"Begitu juga aku. Aku akan pergi ke rumahmu." jawab Mae Ri.
"Baiklah, ayo tidur di rumah dan jangan telat untuk datang ke kafe, eh?" ucap teman Mae Ri.
"Good Bye!"
"Good Bye, hyung!"
"Enjoy a nice meal." Mae Ri melambaikan tangan.
"Ya. Aku rasa, kita tidak harus bertemu satu sama lain, benar?" Ucap Mu Gyul.
"Benar." Mae Ri mengulurkan tangannya. "Jadi.. ..jangan pernah saling bertemu lagi satu sama lain. Okay."
Mereka saling berjabat tangan.
"Selamat jalan Merry Christmas, nikmati perjalananmu." ujar Mu Gyul.
"Hhmm.. Happy New Year!" balas Mae Ri dengan tersenyum senang.
"Dah."
Mae Ri dan Mu Gyul langsung berpisah, mereka mengambil jalan yang berbeda satu sama lain. Mae Ri melihat punggung Mu Gyul kemudian berjalan lagi, sebaliknya Mu Gyul menoleh ke arah Mae Ri dan melihatnya.
Writer : Queen Bee
Edited & Shared : Drama Asia Lovers
0 Komentar:
Posting Komentar