dwicri-j. Diberdayakan oleh Blogger.

Sinopsis MSOAN - Episode 2 part 1

 "Apakah kau tinggal dengan laki-laki sekarang?" ayah Mae Ri marah.

"Tentu tidak, ayah." Jawab Mae Ri.

"Apa yang terjadi.. Lupakan! Hey kau! Siapa kau?" Ayah Mae Ri berkata pada Mu Gyul.

"Ah, ya, Aku Kang Mo--" Jawab Mu Gyul, dia masih sangat mabuk.





"Jangan Ayah! Aku akan menjelaskan semuanya." ucap Mae Ri. Ia berusaha agar ayahnya tidak marah. "Kau tau, ini ceritanya sangat panjang"

"Kau bodoh, Apa kau berpikir bahwa karena ayah tidak ada di rumah, jadi kau bisa melakukan hal ini, Kau melakukan hal ini.. Kau melakukan..?" Ayah Mae Ri kesal ia memukul Mae Ri.

"Kau tidak boleh melakukan hal itu, ahjusshi" Mu Gyul mencoba mencegah Ayah Mae Ri.

"Apa? Ahjusshi?!" ucap ayah Mae Ri.

"Cepatlah bergegas dan pergi. Cepat, aku mohon!" Mae Ri mendorong-dorong Mu Gyul untuk segera keluar dari rumahnya, ia tidak ingin ayahnya bertambah marah. 



"Apa sekarang kau lebih memilih lelaki ini?" ungkap ayah Mae Ri kesal. "Anak-anak zaman sekarang sama saja. Itulah kenapa mereka selalu mengatakan mereka tidak pernah percaya pada  anak mereka sendiri. Dan berpikir bahwa aku akan pergi"

Ayah Mae Ri bingung dengan apa yang ia katakan, "Apa yang barusan kau katakan? Putriku tidak seperti itu. Terserah aku dengar orang tua lain berkata seperti itu.."


"Marry Christmas" ucap Mu Gyul sebelum meninggalkan Mae Ri.

"Apa Christmas? Ini November, apakah dia telah kehilangan otaknya.. Oh.. Oh.. bau alkohol."

kata Ayah Mae Ri. "Lihat rambutnya, dia itu laki-laki atau perempuan? Malangnya pacarmu."

"Tentu bukan, dia bukan pacarku." Mae Ri berteriak, ia tidak suka kalau Mu Gyul disebut sebagai pacarnya.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu.

"Lalu, siapa dia? Siapa sebenarnya dia?" tanya Ayah Mae Ri.


Tiba-tiba para penagih utang datang, mereka mengetuk pintu.

"Hey, Wi Dae Han! Kau di rumah, kan? Hey, bodoh! Cepat keluar! Ini sungguh sangat tua."

Mae Ri dan Ayahnya segera menuju ke jendela, tempat ayah Mae Ri biasa kabur.

"Mae Ri Yah, aku sungguh tidak ingin hidup seperti ini." ungkap ayah Mae Ri seraya melangkahkan kakinya melewati jendela.

"Aku pun juga begitu ayah." balas Mae Ri.

"Hey, Wi Dae Han!" teriak para penagih hutang dari luar.




"Ayah.." Mae Ri menatap ayahnya.

"Tentu, aku akan menghubungimu segera, tunggu aku, okey?" kata Ayah Mae Ri.

Mae Ri mengangguk mengerti. "Hati-hati ayah."

"Aku pergi dulu." pamit Ayah Mae Ri.

Di sebuah kamar yang mewah, Ayah Jung In memandangi foto istrinya. Hey!! Foto istri ayah Jung In, I  mean, foto ibunya Jung In mirip sangat dengan Mae Ri. Uaah,, Ia mengingat kembali  percakapannya dengan Ayah Mae Ri beberapa hari yang lalu.



Ayah Mae Ri dan Ayah Jung In bertemu di pemakaman (kenapa harus ditempat itu iak? oiah, biar penagih utang engga ngikutin Dae Han),

"Benar, anak perempuanmu pasti sudah dewasa sekarang." Ayah Jung In tertawa senang.

"Ah, benar. Ini, lihat foto ini." Ayah Mae Ri merogoh kantong celananya untuk memperlihatkan foto Mae Ri yang ada di dompetnya.

"Tentu. Sangat cantik, bukan?"

Reaksi ayah Jung In tentu kaget, ketika tau ternyata wajah Mae Ri dan wajah almarhum istrinya sangat mirip.



"Dia sangat menikmati hidupnya sebagai gadis berusia 24 tahun seperti gadis umumnya, tapi dia sangat jujur dan rendah hati, tidak seperti anak-anak yang lain, hyung. Aku sangat menyukainya, tapi sekarang.. ..Dia sangat sibuk mencari uang untukku, yang mengharuskan dia keluar dari sekolahnya. Itulah kenapa, aku sangat ingin Mae Ri bertemu dengan seorang suami yang baik. Aku ingin calonnya nanti mengambil tempatku, yang sangat menyedihkan ini dan mengakhirinya semuanya kesulitannya." ungkap Ayah Mae Ri panjang lebar.



Tapi ayah Jung In tidak begitu mendengarkannya, ia terkenang dengan masa lalunya dengan almarhum istrinya. Ayah Jung In sebelumnya tentu tidak menyangka kalau Mae Ri memiliki wajah yang sangat mirip dengan Ibu Jung In.

"Dae han Ah.." panggil Ayah Jung In pada ayah Mae Ri. "Aku akan membantumu."

"Apa? Kau?" Ayah Mae Ri terkejut.



Ayah Mae Ri diundang oleh Ayah Jung In untuk bertemu di satu tempat, mereka membicarakan tentang Mae Ri dan Jung In.

"Hyung, kau harus segera menikahkan Mae Ri kita dengan cepat." pinta Ayah Mae Ri.

"Memakan dengan cepat hanya akan mengakibatkan pencernaan kita rusak." ucap Ayah Jung In.

"Mungkin kau.." Ayah Jung In mencoba menerka apa yang diinginkan ayah Mae Ri. "..mencoba untuk mempercepat pernikahan karena utang-utangmu?"



"Ah, Hyung.. Aku juga memiliki hati nurani. Apakah kau berpikir aku menjual anakku seperti itu?

Aku hanya khawatir tentangnya yang selalu sendirian di rumah. Jadi, aku hanya ingin melihatnya dengan seorang suami yang selalu mendukungnya dari pada bersama ayahnya yang selalu membuat onar." terang Ayah Mae Ri.

"Aku sangat paham dengan hal itu." Ayah Jung In mengangguk mengerti.


"Untuk permulaan, kita harus mengatur pertemuan mereka dengan cepat. Aku sangat yakin setelah mereka bertemu, hal itu akan berakhir." kata Ayah Mae Ri. "Ahh, My Goodness.. Apa kau akan menemukan seorang suami yang tampan dan mapan?"

"Mae Ri telah tumbuh menjadi wanita yang cantik. Dia juga merupakan pilihan yang baik untuk menjadi seorang istri. Dan sekarang yang aku perhatikan, mereka sangat serasi." ungkap Ayah Jung In seraya memperhatikan foto Mae Ri dan foto Jung In.




Di kantor Jung In.

"Empat dari mereka telah mengkorfirmasi ketertarikan mereka dalam peran ini setelah meninjau skrip." ungkap salah satu pegawai.

"Itu sangat baik!" pegawai yang lain bersorak mendengarnya.

"Yang harus kita lakukan sekarang adalah membuat pilihan." jelas pegawai yang lain.

"Top star CF queen, Nol dalam akting." kata Jung In setelah melihat profil artis. "Dia tidak pernah menunjukkan flesibilitasnya dalam berakting. Mereka semua hanya ingin popularitas yang cepat melalui proyek kita ini, disamping itu, semua dari mereka.. usia mereka sekitar 30 tahun ke bawah."


"Bagaimana dengan yang ini?" Jung In melihat profil Seo Jun.

"Kau lihat, Lee An dan dia.. Well, aku hanya menambahkannya dalam daftar karena Lee An bersikeras dalam hal ini." asistennya menerangkan.

"Benarkah? Apakah mereka pernah menjadi icon?" tanya pegawai yang lain.

"Setelah melihat profilnya dan pekerjaannya di film dan drama sebelumnya. Dia terlihat sangat cocok dengan karakter kita dengan baik." Jung In menjelaskan, mungkin Jung In akan memilih Seo Jun untuk memerankan karakter di dramanya.


"Mungkin begitu, Direktur. Tapi, dia tidak humoris." ungkap salah satu pegawai.

"Mereka mengatakan kalau ia merupakan tipe pekerja keras." assisten Jung In menimpali.

"Well, adakan pertemuan dengannya dan nilai dia menurut kriteria kita." Jung In memutuskan.




Seo Jun sedang melatih tubuhnya'

Jung In masuk ke ruangan di mana Seo Jun berolah raga. Dari jauh Jung In memperhatikan Seo Jun.



Mae Ri datang ke sebuah restaurant mewah di sebuah hotel bintang 5, ia sedang berbicara dengan ayahnya lewat telepon.

"Ya, ayah. Aku telah membeli kaus kaki dan underwear. Tapi, dimana kau sekarang?" tanya Mae Ri.

"Oh.. aku tahu, Mae Ri Yah, good job. Cepat cari tempat yang sepi dan duduk di tempat itu sekarang." ucap Ayah Mae Ri, Ayah Mae Ri memperhatikan Mae Ri dari lantai 2 hotel itu.

"Ayah, kau dapat melihatku sekarang? Dimana kau?" Mae Ri melihat kesekelilingnya berharap menemukan ayahnya.



"Pelankan bicaramu dan temukan tempat yang tenang untuk duduk. Jangan melihat ke sekeliling." suruh Ayah Mae Ri.

Mae Ri mengangguk mengerti, lalu berjalan ke sebuah tempat di restaurant itu yang tidak banyak pengunjung.
"Jangan melihat ke sekeliling." suruh Ayah Mae Ri.


Pelayan datang dan memberikan menu. Mae Ri segera berkata, "Tolong bawakan aku segelas jus strawberry."

"Hey, apa maksudmu dengan memesan jus strawberry?  Lebih anggunlah, dan pesan segelas kopi. Segelas kopi! Dan buat dengan ala Americano. Americano." ucap Ayah Mae Ri.

"Apa yang kau katakan ayah? Maaf, tolong buat Americano." Mae Ri memesan ulang.

"Tentu." kata pelayan dengan sopan.




Mae Ri kehausan, ia meminum segelas air putih dengan sekali tegukan.

"Hey, gadis mana yang langsung meminum habis minumannya dalam sekali teguk?! Kau harus melakukannya dengan baik." Ayah Mae Ri tidak ingin anaknya terlihat kampungan.

"Ayah, apa yang sedang kau lakukan?" Mae Ri kesal, ia menyandarkan badannya.

"Hey, kau harus duduk dengan tegak. Seorang gadis harus duduk dengan tegak." suruh ayahnya.

"Apa ini? Apa kau sedang mengontrol sebuah avatar?"Mae Ri kesal, ia bangkit dari duduknya dan berbicara kencang. "Dimana kau sekarang, ayah? Dan kenapa kau memanggilku kesini?"


"Oh! Hey, aku harus menghubungi seseorang. Tetap terhubung, okey? Jangan ditutup." Ayah Mae Ri mendapat telepon dari ayah Jung In.

"Oh, Hello, Suk Hkyung. Aku sedang mengawasi pertemuan anak-anak kita." ucap Ayah Mae Ri.

"Itulah kenapa aku menelponmu. Jung In ada di hotel sekarang. Tapi dia mengatakan dia ada pertemuan bisnis yang harus ia hadiri, jadi dia akan telat 30 menit. Ah, tentu. Lalu, aku akan menyerahkan segalanya padamu dan semua terserah padamu. Ya.. Ya.." Ayah Mae Ri menutup sambungannya dengan ayah Jung In lalu menelpon Mae Ri kembali.



"Hey, Mae Ri Yah, aku akan menghubungimu kembali 30 menit lagi. Jadi tunggu di sana, kau mengerti? Tutuplah teleponnya."

Mae Ri menutup telepon, "Kenapa dia menyuruhku untuk menemuinya di hotel ini?"

Mae Ri terkagum dengan bangunan hotel yang megah. "Benar-benar menakjubkan."

Kemudian ada seorang artis melewatinya. Artis itu bernama Lee An. Mae Ri kenal artis itu, dia pernah memerankan satu drama yang pernah Mae Ri tonton.


Asisten Lee An menunjukkan tempat duduk untuk Lee An, mereka duduk tak jauh dari tempat Mae Ri duduk.

"Ah, direktur. Kau akan mengadakan pertemuan dengan Jung In  Ah, benar? Ah, dimana kau?" Lee An sedang menelpon, semua orang memperhatikan Lee An. ""Aku hanya mampir untuk mendengar hasil casting."


Telepon Mae Ri berdering, So Ra Yah sahabatnya menelpon.

So-Ra.. So-Ra.. So-Ra..

"Oh, So Ra Yah, kau tau, Aku melihat Lee-An tepat di depanku. Benarkah itu dia! Tidak dapat dipercaya. Aku kira jika kau sedang berada di sebuah hotel yang sangat mewah, kau pasti banyak melihat selebritis terkenal. Yeah, Dia lebih baik dari pada TV. Dia sangat tampan dan sangat tinggi..

Aku berkata jujur padaku, aku tidak bohong. Fine, aku akan memotretnya dan foto bersamanya sebagai bukti."


"Kau ingin hal itu menjadi kenyataan." tanya asisten Lee An. "Kau selalu ingin melakukan kerja sama dengan Seo Joon."

"Aku tahu." jawab Lee An.


Mae Ri datang menghampiri Lee An.

"Maaf. Hello." Mae Ri mengucapkan salam. "Aku adalah penggemarmu, dan maafkan aku, tapi..

Bisakah kau memberikan tanda tanganmu padaku, di sini?"

"Ah Ya." Lee An terlihat merasa terganggu dengan kedatangan Mae Ri, begitu juga dengan assistennya.

"Ini." Mae Ri memberikan pulpen pada Lee An.

"Terima kasih." ucap Mae Ri seraya tersenyum senang.




"Satu lagi, bisakah kita untuk berfo--" Mae Ri mencoba untuk memotret Lee An.

"Ah, well. Maafkan aku, berfoto bersama mungkin akan sedikit sulit." Lee An menolak untuk difoto, ia memberi isyarat pada asisstennya untuk segera menjauhkan Mae Ri dari dirinya.



Mae Ri kembali duduk di tempatnya, ia ingin menelpon so ra. Tapi assisten Lee An terus memperhatikannya "Apa yang kau lakukan. Apa kau masih mengambi gambar?" asisten Lee An membentak Mae Ri.

Mae Ri kaget, "Tidak sama sekali, aku tidak mengambil gambarnya."

"Apa yang kau lakukan. Ambil ponselnya!" suruh asisten Lee An.



Jung In dan Seo Jun keluar dari lif bersama.

"Apakah kau sudah meninjau skrip yang aku kirimkan padamu?" tanya Jung In.

"Tidak." Jawab Seo Jun.

"Apakah skrip itu tidak dikirimkan?" Jung In kira skrip itu tidak dikirimkan ke Seo Jun oleh asistennya.

"Sudah, aku tidak membacanya." jawab Seo Jun.

"Benarkah?"


"Aku suka sekali film, aku sangat tidak menyukai drama." kata Seo Jun.

"Kenapa?" tanya Jung In.

"Karakter di drama cenderung datar." jelas Seo Jun.

"Tapi, bukankah pekerjaan aktor membuat merekaa.. menjadi 3 dimensi?" Jung In memberikan sebuah skrip pada Seo Jun. Dengan ragu Seo Jun menerimanya.



Telepon Jung In berdering, ayahnya menelpon.

"Yah, ayah? Ya, aku masih di hotel. Aku tidak akan lama lagi. Ya." Jung In menutup teleponnya.





Mae Ri sedang berusaha agar handphone tidak diambil oleh assisten Lee An.

"Aku tidak memfotonya!" jelas Mae Ri, ia berusaha mengenggam handphonenya dengan erat.

"Berikan saja itu padaku!" Suruh asisten Lee An.

"Aku bilang, aku tidak memfotonya!"

"Berikan ponselmu padaku sebentar, hanya sebentar."

"Apa yang kau lakukan."

"Aku hanya ingin memastikan."


Dari kejauhan Jung In mendengar Mae Ri dan assisten Lee An yang sedang bertengkar. Mae Ri tetap bersikeras bahwa ia tidak memfoto Lee An tapi assisten Lee An tidak percaya hal itu. Mae Ri menarik dengan keras tangannya hingga keseimbangan tubuhnya hilang dan Mae Ri jatuh, hal ini mengakibatkan pelayan yang ada di sampingnya ikut terjatuh juga. Semua orang memperhatikan mereka, termasuk Jung In dan Seo Jun.

Semua barang-barang Mae Ri ikut terjatuh jatuh juga. Mae Ri malu karena semua orang memperhatikannya, sedangkan Lee An tidak mau ikut campur, ia meninggalkan restaurant itu tanpa berkata apapun.


Assisten Lee An mencoba mengalihkan perhatian pengunjung.

"Tolong, lewat sini." asisten Lee An membantu Mae Ri berdiri dan membawanya ke sudut restaurant. Asisten Lee An menggenggam tangan Mae Ri dengan erat.

"Hey, sakit. Kenapa kau melakukan ini?" kata Mae Ri. "Aku bilang, aku tidak melakukan apapun, kenapa kau melakukan hal ini?!"


 Jung In datang dan berkata "Apa yang kau lakukan di sana?"

Asisten Lee An yang melihat hal itu segera melepaskan tangan Mae Ri.



Masalah selesai, karean Jung In yang berkuasa di sini.. hoho.

Mae Ri telah merapikan dirinya, Jung In menunggu Mae Ri.

"Aku baru saja mengetahui kasus tentang penyalahgunaan yang dilakukan oleh banyak penggemar di internet. Tapi bagaimana bisa mereka melakukan hal ini padaku? Tidakkah itu seperti menyatakan bahwa aku adalah seorang remaja paparazi?" ucap Mae Ri kesal.

"Apakah kau seorang remaja?" tanya Jung In.

"Umurku 24 tahun, aku mengambil sastra korean dan sekarang sedang mengambil cuti!" kata Mae Ri kesal.


Jung In mengangguk mengerti.

"Sekali lagi, aku ingin meminta maaf pada anda dengan setulusnya." ungkap Jung In dengan sangat sopan.
"Penyesalan dengan tulus? Terserahlah, semua bukan salahmu juga." jawab Mae Ri.

Mae Ri melihat luka memar di tangannya, "Oh! tanganku memar."

"Kau harus segera mengeceknya ke rumah sakit." saran Jung In.

"Aku baik-baik saja." jawab Mae Ri.



Mae Ri mengambil handphonenya yang rusak total.
"Oh! Apa yang harus aku lakukan? Aku sedang menunggu sebuah panggilan. Ahh.. Apa yang harus aku lakukan?" Mae Ri panik.
Jung In menyodorkan sebuah amplop putih.
"Apa ini?" tanya Mae Ri. "Apa kau berpikir aku ini penipu?"
"Jangan salah paham. Hanya saja ada banyak jenis orang di dunia ini. Aku melalui hal yang sama tidak lama ini." Jung In kira Mae Ri adalah salah satu orang yang ingin mengambil keuntungan berupa uang dari kejadian semacam ini, seperti orang-orang pada umumnya. " Mereka mengatakan bahwa mereka baik-baik saja sekarang, tapi kemudian mereka membuat masalah besar."



Jung In menaruh amplop itu di atas kursi.
"Jadi, jika kau setuju dengan hal ini.. Aku perlu tanda tanganmu untuk sebuah surat pertanggung jawaban." Jung In mengeluarkan lembar surat dan pulpen.
"Kau ingin aku menandatangani hal ini? Kenapa aku harus melakukan hal ini?" tanya Mae Ri kesal.


Hohoo.. Mae Ri jadi teringat kejadiannya dulu, saat ia meminta Mu Gyul untuk menandatangani surat pertanggung jawabannya.
"Aku akan melakukannya." kata Mae Ri seraya menghela nafas, Mae Ri kena karmanya Mu Gyul. XD
"Tolong tuliskan informasi tentang alamat dan nomor yang bisa dihubungi, juga." Jung In menunjukkan tempat form yang harus diisi Mae Ri.
"Jangan khawatir, kau tidak perlu menghubungiku lagi." jawab Mae Ri kesal


"Lalu.. Aku minta maaf atas ketidaknyamanan ini." ucap Jung In, sebelum pergi ia memberikan pembungkus kertas pada Mae Ri. "Kau mungkin perlu pembungkus tas yang lain."

"Dia benar-benar menjengkelkan. Benar-benar orang yang bodoh." kata Mae Ri kesal.

"Oh! Amplop itu. Hey, kau.." Mae Ri hendak mengembalikan amplop itu tapi Jung In sudah berjalan jauh, lagi pula tangan Mae Ri yang memar juga sangat sakit. Belum lagi handphonenya yang rusak.

"Benar, karena hal ini begitu rendah dan kekanak-kanakkan.. Aku akan mengambilnya." Mae Ri membuka amplop itu, ia terkejut, "Bukankah ini terlalu banyak? 2.000.000?!"



Jung In datang menemui Seo Jun yang menunggu lobi.

"Aku memohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Kau pasti telah menunggu lama, benarkah?" ucap Jung In sopan.

"Aku akan melakukannya." Seo Jun menyepakati untuk ambil bagian dalam produksi drama garapan Jung In.
"Hanya butuh 30 menit untuk merubah pemikiranmu?" Jung In melihat jamnya.

"Jika hal itu melibatkanku menjadi bagian di dalamnya, aku memutuskan untuk mengambilnya." jawab Seo Jun.


"Dan bagian mana yang kau suka dari karakter itu?" tanya Jung In.

"Dia seperti mengingatkanku pada diriku sendiri. Bagaimana seharusnya aku menempatkannya..? Seorang perempuan yang teguh pendirian, kuat dan tak dapat diduga setiap keinginannya. "Semacam melakukan Yoga sambil mendengarkan musik rock?" ujar Jung In.

Seo Jun tersenyum mendengar perkataan Jung In. "Kirimkan aku perjanjian kontraknya segera, karena aku memiliki masalah dengan komitmen."

"Aku akan mengontakmu segera jika semua itu sudah siap." jawab Jung In.



"Ah, benar! Selamat untuk tanggal pernikahanmu. Aku tidak menyangka hal ini akan terjadi secepat ini. Aku tidak menggambarkan seperti itu, tapi sepertinya ada sisi baiknya juga pada dirimu. Apakah ini masih di dalam abad yang mengharuskan adanya perjodohan? Dan satu hal lagi, lain kali kirimkan aku skrip dalam bentuk file. Ayo lindungi pohon dan bumi." ujar Seo Jun panjang lebar, kemudian ia pergi. "Sampai jumpa lain waktu."

Jung In hanya tersenyum mendengar hal itu. Kemudian Jung In teringat pertemuan yang telah ayahnya janjikan. Jung In menelpon ayahnya tapi tidak diangkat.



Mae Ri duduk sendiri, "Ini sudah lebih dari waktu yang dijanjikan, tapi kenapa ayah belum datang juga? Dia tidak menjawab teleponnya."

Mae Ri tidak menyadari kalau Jung In sedang duduk tak jauh dari tempatnya. Mae Ri melihat seorang pelayan membawa papan bertuliskan namanya. Mae Ri memanggil pelayan itu, "Unnie! Aku Wi Mae Ri."


Ternyata Mae Ri mendapat telepon dari ayahnya di lobi hotel.

"Apa yang terjadi, ayah? Siapa? Dan siapa ini Jung In? Apa? Tanggal?" Mae Ri terkejut mendengarkan penjelasan ayahnya tentang perjodohan Mae Ri dan Jung In. " Ayah, kau menyuruhku datang ke sini hanya untuk hal itu?!"


Mae Ri berjalan cepat menuju ke tempat ayahnya, ia tidak mengetahui bahwa ia baru saja melewati Jung In. Jung In sedang berusaha menelpon ayahnya tapi tidak dapat dihubungi juga, Jung In juga tidak menyadari kalau baru saja Mae Ri lewat di hadapannya.



Di butik khusus pengantin.

"Apa aku yang gila? Kenapa aku harus menikah?" seru Mae Ri pada ayahnya.

"Hey, siapa yang mengatakan untuk menikah cepat? Semuanya aku yang katakan adalah menyuruhmu untuk cepat memilih gaun cantik untuk pertemuan dengan calon keluarga suamimu!" Jelas Ayah Mae Ri.

"Ayah, kau ini kenapa? Apa maksudmu dengan sebuah gaun?!" tanya Mae Ri.

"Aku sangat menyesal karena ibumu yang malang tidak pernah bisa menggunakan gaun yang cantik dan mahal seperti ini. Jadi, kau harus menggunakan gaun yang sangat bagus apapun alasannya." jawab Ayah Mae Ri.




Mae Ri menghampiri ayahnya. "Ayah. Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi. Kau ingin aku menikah jadi kau bisa membayar semua utang-utangmu, benarkah seperti itu?"

"Apa kau tidak percaya pada ayahmu? Itu hanya sebuah keuntungan dari pernikahanmu ini. Ini adalah kesempatan sekali dalam hidup. Apa lagi, cepat pergi dan suruh seseorang untuk membantumu. Apakah ada di dunia ini seorang ayah yang tidak ingin melihat anak perempuannya menikah?" ujar Ayah Mae Ri.


"Orang yang seperti apa yang akan membayar semua hutangmu seperti ini?! Kau benar-benar percaya pada orang seperti itu, ayah?"

"Mae Ri Yah, kita dapat mempercayai keluarga ini. Dia adalah salah seorang yang dulu aku sangat dekat dengannya dalam pertemanan." kata Ayah Mae Ri.

"Mana ada di dunia ini makanan gratis? Apa kau tidak belajar dari pengalamanmu sebelumnya? Dan apa lagi? kau ingin aku menikah dengan seseorang yang belum pernah aku bertemu dengannya sebelumnya?" Mae Ri marah.


"Hey! Hey! Itulah alasan kenapa aku mengadakan pertemuan ini. Dan disini kau datang tanpa melihatnya sekalipun, bagaimana kau dapat berbicara sekasar itu?" Ayah Mae Ri juga bertambah marah.

"Kau lah yang mengadakan pertemuan ini tanpa menanyakan hal itu padaku terlebih dahulu." jawab Mae Ri.

"Berhenti menolak hal ini! Coba liat fotonya! Dia sungguh tampan." Ayah Mae Ri membujuk Mae Ri untuk melihat foto itu, tapi Mae Ri malah menutup matanya.

"Hey, liat ini! Dia tidak hanya tampan, tapi juga sangat kayak, lihatlah..."



 Mae Ri menulis sebuah surat untuk ayahnya.
"Pembantu muda kita, Mae Ri. Yang telah kehilangan ibunya ketika ia berumur 4 tahun, di bawah asuhan ayahnya ia tumbuh menjadi setinggi ini, tidak pernah melupakan kebaikan yang ia berikan.
Tapi ini 10 juta kali bukan pernikahan yang adil, ayahnya telah membujuknya dan membuat hatinya frustasi. Harapan ayahnya untuk menikahi anak kesayangannya dengan pria itu. Ayah, cepat buka matamu dan kembalilah untuk pembantu muda ini." Mae Ri membacakan suratnya sendiri dengan dramatis. XD
"Apakah aku harus pergi ke laut In Dang Soo?" tanya Mae Ri pada dirinya sendiri yang sudah siap untuk pergi meninggalkan rumah.
Saat hendak keluar rumah, ia melihat gitar Mu Gyul di dekat televisi.
"Bagaimana bisa seorang rocker menaruh gitarnya di sini? Sungguh menyedihkan." Mae Ri membuka isi tempat gitar Mu Gyul.
"Apa ini? Ada beberapa baju di dalam koper. Aku tahu itu. Oh! Dia meninggalkan handphonenya di sini. Dia sungguh, sungguh menyedihkan."


Bersambung..........

0 Komentar:

Posting Komentar