Sinopsis God of Study - Episode 1
SMU Byung Moon, adalah sebuah SMU yang terkenal sebagai SMU yang penuh dengan anak-anak bodoh, bermasalah dan pembuat onar. Setengah dari murid SMU itu di-drop out. SMU itu mengalami masalah finansial dan terancam tutup. Pemimpin SMU Byung Moon, Jang Pil Gyu, sedang koma di rumah sakit dan putrinya, Jang Ma Ri, yang mengantikan kedudukannya untuk mengelola SMU itu. Pengacara Kang Seok Ho ditawarkan untuk menyelesaikan kasus itu dan ia menerimanya.
Seorang pemuda kemudian memasuki ruangan untuk mengantarkan mie pesanan Kang Seok Ho. Ia meminta pemuda pengantar itu untuk mengirimkan 1 mie lagi untuk temannya, namun pemuda itu menolak. Kang Seok Ho menasehati pemuda itu habis-habisan.
Pemuda Pengantar: Kau hanya memesan 1, aku tidak bisa mengantarkan pesanan yang hanya 1 buah.
Kang Seok Ho: Kenapa tidak bisa? Tugasmu mengantarkan pesanan kan? Mau pesanannya 1 atau 2, kau harus tetap bertanggung jawab mengantar pesanan itu.
Keesokan harinya, ketika Kang Seok Ho hendak menuju SMU Byung Moon, ia bertemu lagi dengan pemuda pengantar mie. Pemuda itu menantangnya balapan motor dan Seok Ho menerima tantangan itu. Ketika sedang kebut-kebutan, pemuda itu ditilang oleh polisi sementara Seok Ho berhasil kabur. Tiba-tiba sebuah kertas menutupi helmnya dan ia nyaris menabrak. Ia berhenti dan melihat kertas itu. Ternyata kertas ulangan seorang siswa: Matematika, Gil Pul Ip, Nilai: 25.
Ketika direktur (putri pemimpin SMU Byung Moon) mengumumkan bahwa kemungkinan sekolah itu akan ditutup, para guru menjadi panik. Namun mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri dan takut menjadi pengangguran. Hanya Han Soo Jung-lah guru yang mengkhawatirkan nasib murid-muridnya.
Guru-guru: Apa yang akan terjadi dengan sekolah kami? Apa kami akan kehilangan pekerjaan kami? Apa yang akan kita lakukan? Kenapa kau lakukan ini pada kami? Ini semua tidak boleh terjadi! Bla, bla, bla...
Guru Han Soo Jung: Bagaimana dengan murid-murid kami? Apa mereka akan dipindahkan ke sekolah lain? Kita harus memperjuangkan nasib murid-murid.
Kang Seok Ho berkeliling SMU itu dan ia hanya bisa menghela napas panjang melihat tingkah dan kelakuan para muridnya. Tiba-tiba ia seperti melihat bayangan memori di kepalanya. Ia melihat bayangan beberapa pemuda berkelahi (sepertinya ia teringat pengalamannya sendiri). Para penduduk di lingkungan sekitar terus menerus complain tentang para murid.
Penduduk: Bagaimana bisa mereka disebut pelajar? Aku harus pindah dari sini. SMU Byung Moon hanya bisa membuat kepalaku pusing! Pergi dari sini!
Kang Seok Ho teringat masa lalunya lagi (Seorang wanita berkata, "Kita tidak boleh mencampakkan Seok Ho" dan ia teringat dirinya berkelahi). Kemudian ia bertekad akan memperjuangkan nasib para murid SMU itu.
Scene berpindah ke pemuda pengantar mie yang ternyata bernama Hwang Baek Hyun. Baek Hyun hidup bersama neneknya karena orang tuanya sudah meninggal. Ia terlalu sibuk untuk menghidupi diri dan neneknya sehingga tidak terpikir untk belajar. Ketika ia pulang, ia melihat neneknya sedang berbicara dengan seorang pria. Pria itu menyuruh neneknya pindah.
Baek Hyun: Nenek!
Nenek: Tidak apa-apa. Aku bisa mencari tempat tinggal yang lain.
Baek Hyun: Kenapa kau lakukan itu pada kami? Kenapa kami harus pindah?
Baek Hyun tinggal bersama neneknya. Mereka hidup miskin, namun neneknya ingin Baek Hyun tetap bersekolah walaupun mereka harus menggunakan uang mereka hanya untuk bersekolah tetapi tinggal di tempat yang tidak layak.
Baek Hyun: Walaupun sedikit lebih mahal, seharusnya kita tinggal di tempat yang lebih aman.
Nenek: Tenang saja. Aku bisa mencari tempat yang lain. Untuk apa ayam ini? (menunjuk ayam goreng)
Baek Hyun: Nenek kan suka ayam.
Nenek: Kenapa kau pakai uang untuk membeli ini?
Baek Hyun: Nenek bilang aku bisa memakai uang yang nenek berikan.
Nenek: Aku bilang uang itu kau gunakan untuk membeli keperluan sekolah.
Baek Hyun: Aku membeli ayam itu dengan uang yang tersisa, Nek.
Nenek: Baek Hyun, belajar yang giat. Kau harus masuk ke perguruan tinggi yang bagus agar aku bisa menghadapi kedua orang tuamu ketika aku menyusul mereka ke surga kelak. Luar biasa sekali kalau kau bisa diterima di Universitas Chun Ha.
Oh Bong Goo adalah putra seorang pemilik restoran. Ia adalah satu-satunya murid SMU Byung Moon yang punya keinginan untuk belajar walaupun sepertinya selalu gagal. Orang tuanya sendiri menganggap belajar bukanlah hal penting.
Ayah Bong Goo: Orang yang rajin belajar juga belum tentu mudah mencari pekerjaan. Restoran kita cukup baik. Kau tinggal meneruskan usaha kita saja.
Hong Chan Doo adalah anak dari orang tua yang kaya. Namun Chan Doo sama sekali tidak punya motivasi dan keinginan untuk belajar. Chan Doo senang bermain musik. Ia menyukai dance dan bermain gitar. Ayahnya melarangnya untuk bermain musik dan memaksanya belajar.
Gil Pul Ip adalah putri seorang wanita pemilik bar. Ibunya selalu 'bermain' dengan para pria. Pul Ip juga punya keinginan untuk belajar, namun kondisi rumahnya tidak memungkinkan ia untuk belajar.
Na Hyun Jung adalah putri dari keluarga berada. Hyun Jung menyukai Baek Hyun dan selalu memberikannya sesuatu untuk menarik hatinya. Namun ia hanya bertepuk sebelah tangan.
Keesokan harinya, Seok Ho menemui Jang Ma Ri.
Seok Ho: Beri aku waktu satu tahun, aku akan menghidupkan kembali SMU Byung Moon.
Ma Ri: Apa rencanamu untuk satu tahun itu?
Seok Ho: Membuat beberapa murid diterima di Universitas Chun Ha.
Ma Ri: Apa?! Maksudmu Universitas Nasional Chun Ha?!
Seok Ho: Benar.
Ma Ri: Universitas yang SMU dengan para muridnya sangat pintar juga belum tentu diterima? Universitas Chun Ha yang itu?
Seok Ho: Jika nantinya SMU Byung Moon bisa memasukkan beberapa muridnya ke Universitas Chun Ha, reputasi Byung Moon pasti akan meningkat.
Ma Ri: (Tertawa) Sepertinya kau belum selesai mempelajari latar belakang SMU ini. Belum pernah ada seorang murid pun yang masuk ke universitas itu.
Seok Ho: Masih ada kemungkinan itu.
Ma Ri: Bagaimana caranya?
Seok Ho: Nanti akan aku jelaskan saat rapat, asal kau menandatangi perjanjian bahwa sekolah akan tetap buka tahun-tahun kemudian.
Ma Ri: Baiklah.
Pada saat rapat, guru-guru meributkan rencana yang dibuat Seok Ho.
Guru: Apa kau sudah gila? Anak-anak di sini tidak pintar. Para murid tidak memperhatikan guru yang mengajar. Itu hanya membuang-buang tenaga saja. Ujung-ujungnya membuat para guru jadi gila.
Seok Ho: Dengan kata lain, kau bilang para murid di sini bodoh? Lalu, apa para murid di lingkungan yang kaya itu pintar? Apa karena orang tua mereka sadar pentingnya pendidikan lalu mengirim mereka ke sekolah? Bukan itu masalahnya. Semua anak pada dasarnya sama. Perbedaannya hanya ada pada kesempatan yang mereka miliki untuk mendapat hasil yang baik. Jika mereka diajari dengan cara yang benar, para murid itu pasti bisa masuk Universitas Chun Ha.
Guru: Apa dengan memasukkan satu atau dua murid ke Chun Ha lantas orang tua akan menyekolahkan anak mereka di sini.
Seok Ho: Ya, satu atau dua orang murid yang masuk Chun Ha tidak akan membuat orang tua menyekolahkan anaknya di sini. Karena itu aku akan memasukkan 5 orang murid ke Chun Ha. 5 murid tahun itu, 10 murid tahun depan. Jika kita dengan stabil meningkatkan jumlah murid yang diterima, maka dalam waktu 5 tahun, kita bisa memasukkan 100 murid.
Tentu saja perkataannya itu membuat guru-guru terkejut sekaligus tertawa. Namun apa boleh buat, para guru menerimanya karena takut sekolah akan ditutup.
Mari mengajukan 2 syarat. Pertama, dalam waktu 3 hari, Seok Ho harus mengumpulkan 5 orang murid. Kedua, ia harus meningkatkan nilai mereka saat ujian. Jika ia gagal, ia harus meninggalkan Byung Moon.
Kang Seok Ho mengumumkan di depan para murid. Melihat para murid ribut sendiri dan tidak memperhatikannya, ia hanya diam di panggung. Lama kelamaan, para murid diam dan menatapnya dengan bingung.
Murid: Cepat bicara agar kami bisa cepat pergi. Apa kau demam panggung, hah?
Seok Ho diam beberapa saat, lalu berkata: Anak-anak bodoh idiot. Orang bodoh selama hidupnya hanya akan diinjak-injak oleh orang lain.
Kata-katanya itu membuat para murid marah dan berteriak mengajaknya berkelahi.
Seok Ho: (Berteriak) Tutup mulut kalian dan dengarkan aku bicara!
Para murid terdiam.
Seok Ho: Selama hidup, diinjak-injak.. Apa kalian tahu rasanya dikalahkan? Dibodohi oleh mereka. Kalian akan hidup dengan dibodohi orang lain, sampai kalian mati. Di masyarakat, ada aturan. Kalian tidak punya pilihan selain hidup dengan aturan itu. Siapa yang membuat aturan itu? Orang-orang pintar. Aturan hukum, pendidikan, pajak, finansial. Semua itu dibuat oleh orang pintar untuk kepentingan mereka dan untuk membuat hidup mereka lebih baik. Tapi, aturan itu tidak menguntungkan bagi mereka yang tidak pandai. Bagi para murid Byung Moon yang tidak ingin menggunakan kepalanya, akan menghabiskan sisa hidup dengan dimanfaatkan oleh orang pintar. Jika kalian tidak ingin dimanfaatkan oleh orang-orang pintar itu, jika kalian tidak ingin dibodohi dan dikalahkan oleh mereka, hanya ada satu jalan. Belajar. Hanya belajar. Belajar yang rajin. Belajar sampai kalian merasa akan mati, lalu masuk ke Universitas Chun Ha.
Tiba sebuah bola basket melayang dan hampir mengenai Seok Ho. Ternyata Baek Hyun yang melempar bola itu.
Seok Ho: Pemuda pengantar mie?
Baek Hyun: Universitas Chun Ha? Kau benar-benar lucu. Apa kau lulusan Chun Ha? Apa Chun Ha bisa memberimu makan? Apa kau begitu menyukai Chun Ha?
Seok Ho: Aku bukan lulusan Universitas Chun Ha. (Murid-murid langsung menyorakinya) Aku tidak menyukai Chun Ha. Orang-orang yang lulus dari Chun Ha bertingkah sombong dan angkuh. Mereka membuatku muak. Tapi itu berbeda untuk kalian. Sampah seperti kalian hanya ada satu jalan untuk diterima di masyarakat, yaitu masuk Universitas Chun Ha.
Baek Hyun: Sampah?? (Ia maju untuk menyerang Seok Ho, tapi dihalangi oleh teman-temannya)
Seok Ho: Di lantai 4 akan dibuka kelas khusus bagi 5 murid yang ingin berada di Universitas Chun Ha tahun depan. Kesempatan untuk mengubah hidup kalian ada didepan mata kalian. Belajar. Dan masuk Universitas Chun Ha!
***
0 Komentar:
Posting Komentar